Rabu, 05 Juni 2013

Agama Jain

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah 
“Agama-agama Minor”

Dosen Pembimbing :Hj.Siti Nadroh, M.Ag




Disusun Oleh :


Zaimah Imamatul B
1110032100023

IIs Sholihah
1110032100025





JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA VI/A
USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013

1.      Sejarah dan perkembangan agama jain
Agama jain adalah sebuah agama monastic kuno dari india. Agama ini menolak otoritas weda sebagaimana halnya agama budhha. Agama ini muncul  pada zaman wiracarita yakni masa akhir zaman brahmana, ketika ada perdebatan antara aliran teistis dan non teistis. Menurut Jhon A Hutchison agama inijuga agama budhha  muncul di zaman heresies (zaman pilihan) yang timbul karena dua alasan, yang pertama karena waktu itu orang tidak mengakui adanya otoritas sacral Weda. Kemudian yang kedua yakni pada waktu itu orang menolak batu ujian ortodoksi hindu yaitu apa yang disebut kasta.[1]
Mengenai sejarahnya, Agama Jaina bermakna : agama Penaklukan. Yang dimaksudkan penaklukan adalah penaklukan kodrat-kodrat Syahwati dalam tata hidup manusiawi[2], sebenarnya ajaran agama jain ini telah lahir sejak dulu, agama jain mengakui bahwa ada 24 Thirtankara atau jiwa sempurna yang kesemuanya dipercayai telah menyebarkan ajaran agama jain keseluruh dunia[3] dari dua puluh empat thirtankara tersebut, Vardhamana atau yang dikenal dengan Mahavira yakni Thirtankara yang ke 24 adalah tokoh jainisme yang paling dikenal dan para penganut agama jain merasa ajaran jain telah cukup sempurana tatkala ditangannya.[4]
Jainisme sndiri mulai diakui keberadaannya di magadha, india utara sekitar abad ke-6 dan ke-5 sebelum masehi pada waktu itu mahavira menyebarkan ajaran-ajarannya. Oleh karena itu mahavira lebih dikenal sebagai nabi jainisme, bukan penciptanya. Hal ini diperkuat oleh kenyataan bahwa mahavira dianggap bukan yang paling dulu menyebarkan ajaran-ajaran jainisme tersebut. Namun diakui bahwa diantara sekian banyak tirthankara, Mahavira adalah yang paling akhir turun ke Dunia ini. Sehingga Ialah yang menyampaikan dan menyempurnakan ajaran-ajaran agama jain.[5]
Agama Jaina sendiri lahir berdasarkan reaksi dari ketiak setujuannya terhadap ajaran-ajaran agama Hindu, maka pada saat itu terjadi pemberontakan besar terhadap agama Hindu yang dipimpin oleh Mahavira. Mahavira lahir pada tahun 599 SM, ayahnya bernama Sidarta yang merupakan seorang anggota dalam majelis yang memerintah Bandar atau kesatuan ketentaraan di india. Ibunya merupakan anak dari ketua majelis itu yang bernama Tri Sala.[6]Mahavira dilahirkan di wilayah republik Vaisali (Behar), di kampung Basarh, kira-kira 27 mil di sebelah utara kota Patna.[7]
Sejak kecil Mahavira sangat gemar mengikuti majelis-majelis dan ahli-ahli agama yang mana memang tinggal atau menumpang diwilayah kerajaannya. Sebenarnya ia ingin mendalami ilmu-ilmu agama atau ketuhanan, akan tetapi keadaan tidak dapat mengizinkannya mendalami agama tersebut karena kedudukan keluargannya yang mengurus hal-hal politik dan peperangan serta hidup dalam kesenangan dan kemewahan. Nama mahavira sendiri bukan nama asli dia, nama aslinya adalah “vhardamana”. Dia dipanggil mahavira itu sendiri setelah ada kejadian dimana pada suatu ketika ada seekor gajah yang terlepas dari kandangnya kemudian merusak apa-apa yang menghalangi jalanya dia, tidak ada satu-pun orang yang bisa menangkap dan menjinakan hewan itu. Dan ketika sedang bermain vhardamana melihat gajah tersebut dan dia langsung menangkapnya dan menjinakannya padahal usiannya baru 7 tahun. Akhirnya rakyat kerajaan Moghadah amat memujikan keberanian pangeran muda itu, sejak itu-pun dia dipanggil Mahavira (perwira perkasa). Dia juga dinamakan jaina yang berarti ‘gagah perkasa’ dan dengan sifat itulah agama tersebut diberi nama agama jaina. Dia menikah dengan puteri yasodha dan dikarunia satu orang anak.[8] Anak Mahavira diberi nama Anoja.[9]
Awal mula dari kemunculan agama jaina ialah ketika mahavira menyaksikan prilaku kasta brahmana  ( Brahmin ) yang banyak melakukan penyelewengan-penyelewengan sehingga membuat dia muak pangeran muda tersebut. Apalgi ketika ia menyaksikan kematian kedua orang tuanya dalam keadaan lapar padahal mereka hidup dalam kemewahan, itu dilakukan kedua orangnya Karena dalam ajaran hindu mengatakan kematian dalam keadaan lapar  merupakan suatu kematian yang suci ( holy death ). Setelah kedua orang tuanya meninggal itulah dia berkata kepada saudaranya :
               “ saudara, untuk berkabung atas kemangkatan ibu-bapak kita, saya berkehendak mengangkat sumpah bahwa dua belas tahun lamanya saya akan mengabaikan tubuh menahankan bencana apapun yang datang dari kodrat-kodrat gaib maupun manusia atau-pun hewan “. ( SBE. 22-200 ).
Mahavira melakukan perjalanan mengembara sebagai seorang kafir, dan bersumpah “ dalam masa 12 tahun terhitung mulai dari saat ini saya tidak akan mengucapkan sepatah katapun“. Dari sumpah itu dia mendapatkan banyak pelajaran, diantaranya dia itu lebih baik dari kata. Mahavira juga tidak membenarkan membunuh apa-apa yang bernyawa. Kemudian ajaran-ajarannya banyak didukung oleh kalangan raja-raja karena salah satu ajarannya adalah tidak boleh menyakiti benda-benda yang mempunyai ruh tetapi telah mewajibkan rakyat agar taat dan setia kepada orang yang memerintah, barang siapa yang melanggar atau menentang akan disembelih kepalannya. Apalagi seruannya mengandung sesuatu yang membayangkan isi hati mereka dalam menentang golongan brahmana. Penyebaran hasil pemikirannya disebar melalui padato-pidato dan ceramah-ceramah diberbagai kota di india. Dari perjalanannya itu kemudian pengikut jaina lebih kurang satu juta orang dan semuanya berada di india seperti agama hindu, pada keseluruhannya tata sosial dan pendidikan mereka bersifat tinggi. Sumber-sumber suci dikalangan para pengikut jaina adalah pidato-pidato mahavira yang dikumpulkan bersama-sama dan dijilid menjadi suatu sumber hukum. Sehingga disetujui bahwa bahasa kepustakaan  suci ini adalah suatu bahasa yang dinamakan “ Ardha Majdi “. Tatkala timbul niat untuk menjaga dan menyusunnya, maka digunakan bahasa sanskerta. Kitab tersebut berisikan tentang pesan-pesan dan sumber hukum dari para pengikut agama jaina. Kitab suci Jaina yaitu “Siddahanta” yang bermakna perintah, ajaran, bimbingan. Kitab suci ini terdiri ari 12 buah Angas (Bab).[10]
Ia mulai melakukan meditasi dan merasakan kesengsaraan hidup dengan tujuan mencapai kebebasan tuntas. Pada tahun ke 13 dari masa pertapanya, ia berhasil memperoleh pengetahuan agung yang disebut kevala dan berhasil memasuki nirwana pada usia 72 tahun di kota Pavapuri, juga di Behar. Sejak saat itu kota Pavapuri menjadi pusat ziarah para penganut agama Jain. Hari peringatan tahunan pencerahan agama Hindu, yang disebut Diwali, dijadikan hari ziarah di kota tersebut, karena diduga pada hari itu pula Mahavira berhasil mencapai nirwana. Dalam kuil utama agama Jain di kota ini ditemukan cap-cap kaki Mahavira yang dianggap sakral.[11]
Perkembangan Jainisme
Telah disebutkan di atas bahwa penyebaran hasil pemikiran Mahavira disebar melalui padato-pidato dan ceramah-ceramah diberbagai kota di india. Dari perjalanannya itu kemudian pengikut jaina lebih kurang satu juta orang dan semuanya berada di india seperti agama hindu, pada keseluruhannya tara sosial dan penidikan mereka bersifat tinggi.[12]
Dewasa ini ada lebih dari 8 juta pengikut agama ini.Mereka terutama ditemukan di India.Secara sosial, biasanya para penganut Jainisme termasuk golongan menengah ke atas.Agama Jaina itu mewariskan bangunan-bangunan kuil yang amat terkenal keindahan arsitekturnya di India dan senantiasa dikunjungi wisatawan.[13]
Agama jinisme dikenal di Asia Selatan (India) dan disebarkan oleh Vardamina (546 SM) yang berasal dari keluarga yang  sangat berkuasa pada masanya. Vardamina selama dua belas tahun hidup menjadi anggota masyarakat pertapa yang bernama Nirgrantha. Pada tahun ke-13 dalam pengembaraannya Vardamina mendapatkan ilham atau wahyu penerangan tentang hakikat Tuhan yang Maha Tahu, yang mengerti akan segala sesuatu yang ada di jagad raya ini baik yang tersembunyi maupun yang nampak. Dan pada selama tiga puluh tahun kemudian Vardamina menyiarkan agamanya.Dan setelah Vardamina Mahavira meninggal aliran jainisme pecah menjadi dua yaitu Svetambara (memakai jubah putih) dan Digambara (berpakaian langit atau telanjang)perpecahan tersebut terjadi Sekitar tahun 310 SM yakni lebih kurang tiga abad sepeninggal Mahavira. Perpecahan itu disebabkan musim paceklik di India utara. Sejumlah 12.000 orang dari jemaat jaina itu dibawah pimpinan Badhrabahu, melakukan perpindahan menuju ke belahan selatan India, berdiam dan menetap dalam wilayah Mysore. Dengan begitu jemaat terpecah menjadi dua, yaitu belahan utara dan belahan selatan. Belahan utara beriklim dingin dan be;lahan selatan beriklim panas. Di dalam wilayah yang beriklim panas itu, pakaian tidak diperlukan. Sedangkan di belahan utara lebih mengutamakan bertarak dan bertapa tetapi perpecahan itu belum resmi.
Kemudian Sekitar tahun 82 Masehi perpecahan itu menjadi resmi dan disebabkan masalah pakaian. Jemaat yang mendiami di belahan utara pegunungan vindaya selalu mengenakan pakaian putih, dan jemaat ini yang disebut dengan sekte svetambara (jemaat berpakaian putih). Sedangkan jemaat yang mendiami di belahan selatan pegunungan vindaya tidak mengenakan pakaian sehelai benang pun karena beriklim panas. Jemaat itu disebut dengan digambara (jemaat bertelanjang bugil bagaikan langit).
Masalah pakaian itu lantas menjadi masalah keagamaan yang meruncing sangat tajam antara kedua sekte. Sekte digambara itu beralaskan sikap hidup Mahavira didalam pengembaraannya, yang tidak peduli terhadap kebutuhan duniawi. Tetapi sejak abad ke 7 M, yakni semenjak anak benua India itu berada dibawah kekuasaan islam. Maka jemaat digambara mulai dipaksakan mengenakan pakaian, setidaknya mengenakan celana dalam.
Selain itu Persentuhan agama Jaina dengan agama Islam juga menjadi bagian dari perkembangan agama jain. Persentuhan keduanya pada anak benua India itu lambat laun menimbulkan pengaruh dalam lingkungan agama Jaina itu. Pada tahun 1474 M lahir suatu sekte baru, yaitu Stanavaksi.Ini muncul dari lingkungan sekte Svetambara pada belahan India Utara.Sekte ini merupakan gerakan reformasi dalam agama Jaina, yakni gerakan pembaharuan.Mereka berusaha mendalami dan menyelidiki kitab suci Siddanta (agama) itu, lalu memisahakan angas yang dapat dipandang otentik dan angas yang dipandang susunan pada masa belakangan.Di dalam angas yang dipandang otentik itu tidak dijumpai pemujaan terhadap patung dan berhala.Justru kuil-kuil yang menjadi milik jemaat Sthanavaksi itu, sampai kepada masa sekarang ini, tidak berhiaskan patung apapun juga.[14]
2.      Ajaran dan praktik kegamaan
A.    Kitab Suci
sumber-sumber suci dikalangan para pengikut agam jaina adalah pidatdo-pidato mahavira. Kemudian pidato-pidato mahavira ini diteriam oleh para pengikutnya seperti para murid-muridnya,orang-orang arif,pendeta-pendeta dan para ahli ibadah. Sumber kepustakaan suci ini diturunkan dari generasi ke generasi secara lisan. Lalu dikarenakan takut ajaran-ajarn ini hilang dan bercampur dengan ajaran-ajaran yang lain maka pada abad ke-4 SM namun ada juga yang menyebut pada130 SM, para penganut jaina mengadakan pertemuan dibandar patli putra, untuk mengumpulkan naskah-naskah suci untuk dijilid manjadi satu. Dan kemudian kitab suci ini diberi nama siddhanta, yang menjadi ajaran pokok agama jaina. Dan bahasa yang digunakan dalam kitab ini adalah bahasa ardha majdi atau prakit.Namun bahasa tersebut hanya digunakan pada abad-abad sebelum masehi, setelah masehi untuk menjaga isinya kitab tersebut diganti bahasanya menjadi bahasa sansekerta.[15]
Menurut Shri Krishna Saksena isi kanon Jainisme secara sistematik terdiri dari 12 anga, dan anga yang terakhir dibagi menjadi 14 purwa, 5 prakarana dan literature sutra yanglain. Menurujt jainisme kanon yang orisinal sejak zaman Thirtankara yang pertama terdiri dari dua buah buku suci yaitu, 14 Purva dan 11 anga.Namun akhirya keempat belas purva tersebut diperdebatkan antara sekte digambara dan svetambara, terutama karna hanya diberlakukan oleh sthulabadra. Kanon-kanon yang lain kurang begitu dipermasalahkan. Kemuadian kesebelas anga diatas terdiri dari 45 teks selain itu masih ada pula 12 upanga.10 painna, 6 Chhedasutra, nandi dan anoyogdavara serta 4 mulasutra.[16]
B.     System kepercayaan agama jain
1.      Konsepsi tentang tuhan
Agama jain atau jainisme menolak adanya tuhan yang dianggap sebagai pencipta atau penguasa dunia ini. Walaupun demikian menurut hut chison, paham jainisme tidak termasuk atheis, melainkan disebut non-teisme. Penyebutan ini didasarkan pada corak paha agama tersebut tentang apa yang disebut tuhan. Agama jain mengakui keberadaan apa yang disebut sang “Maha Kuat”, namun mengatakan bahwa sang maha kuat tersebut termasuk pula manusia, semuanya terbelenggu dalam alam dosa dengan sedikit atau tanpa ada kesempatan untuk melarikan diri darinya.[17]
Para pakar telah mencoba meneliti mengapa jainisme menolak tuhan, namun mereka baru memperkirakan saja mengenai sebab tersebut.Yakni yang pertama.Jainisme merasa tuhan-tuhan itu tidak ada perlunya karena manusia sendiri mampu mencapai kelepasan melalui kekuatannya sendiri tanpa harus bergantung secara neurotic terhadap kekuatan-kekuatan lain diluar dirinya.Kedua, karena tuhan-tuhan itu malah seolah-olah dianggap sebagai hal yang dijelaskan berdasarkan prinsip-prinsip irasional.[18]
Sebab lainnya yang perlu dopertimbangkan adalah latar belakang krisis politik dan kemerosotan kemasyarakatan pada saat itu.Kemudian Pentingnya upacara korban dan pentingnya kedudukan para Brahmana sebagai tulang punggung sistem kasta.[19]
2.      Konsepsi tentang alam
Jainisme menganut filsafat dualisme, yaitu membagi alam saemesta ini menjadi dua kategori: zat yang hidup (jiva) dan zat yang tidak hidup (ajiva). Ajiva memiliki lima substansi yaitu benda (pudgala), dharma, adharma, ruang (akasa) dan waktu (kala). Unsure jiva dan keenam unsure ajiva tersebut disebut denga enam dravya.
Menurut ajaran agama jain substansi jiva dan ajiva adalah kekal, tidak diciptakan, tidak ada permulaan dan tidak berakhir. Atau dengan kata lain tidak ada sebab pertama yang menyebabkan terjadinya substansi-substansi tersebut.
Menurut kosmologi jainisme alam semesta ini adalah abadi, alam semesta ini bergerak melalui satu lingkaran terus-menerus dari stau tempat yang ideal menuju kearah titik bawah lalu dilanjutkan menaik lagi melalui titik atas dan begitu seterusnya. Menurut agama jain alam semesta ini bergerak bukan karena adanya tuhan melainkan bergerak secara mekanistis belaka.[20]
3.      Konsepsi tentang karma
Jainisme tetap menerima ajaran tentang karma-samsara dalam pemikiran tradisional india, dan mengajarkan bahwa karma terjadi karena tercampurnya jiva dan ajiva. Konsep karma dalam jainisme  berpangkal pada prinsip dualism antara jiwa dan benda, atas dasra prinsip tersebut, menurut jainisme tubuh manusia itu memenjarakan jiwanya.
Menurut jainisme karma adalah energy jiwa yang dengan energy itu menyebabkan penggabungan jiwa dan benda dan kekotoran berikutnya dari jiwa itu. Menurut jain karma bisa dibersihkan, prose pembersihan karma disebut dengan nirjana, jika proses nirjana ini berjalan terus tanpa rintagan maka pada akhirnya semua karma akan tercabut dari jiwa dan akan mencapai tujuan utama hidup.[21]
Tujuan utama dari orang Jain adalah menjadi seorang Paramatman, satu jiwa yang sempurna. Ini akan dicapai ketika semua lapisan karma, yang dianggap sebagai substansi, dibuang, yang memungkinkan jiwa muncul ke atas sampai di langit-langit alam semesta, dari kegelapan kepada cahaya, dimana, di luar Dewa-dewa dan perpindahan jiwa yang sedang terjadi, jiwa tinggal selamanya dalam kebahagiaan yang sunyi dari moksha. Moksha didefiniskan dalam agama Jain sebagai pembebasan, penyatuan diri (self-unity) dan integrasi, kesendirian yang murni dan ketenangan yang abadi, bebas dari tindakan dan keinginan, bebas dari karma dan kelahiran kembali. Moksha dapat dicapai dalam hidup ini atau pada waktu setelah mati. Ketika ia dicapai, manusia telah memenuhi tujuannya sebagai manusia-Tuhan (man-God). Bagi agama Jain tidak ada Tuhan pencipta dan, karena itu, tidak ada persatuan dengan Tuhan.Hakikat dari jiwa adalah kesadaran murni, kekuatan, kebahagiaan dan maha tahu.[22]
4.      Pandangan tentang pencerahan
Tujuan akhir dari ajaran jain adalah untuk mencapai kehidupan yang sempurna memperoleh pengetahuan tentang pencerahan dan akhirnya moksa yakni terlepas dari siklus kelahiran kembali.
Menurut agama jain jiwa yang telah mencapai kesempurnaan atau pencerahan menyebabkan pemiliknya mencapai tingkat kesalehan dan kesempurnaan dari luar. Sebagai contoh para tirthankara yang kesemuanya telah diakui berhasil mencapai kesempurnaan itu. Kemudian orang yang telah mencapai kesempurnaan jua akan dapat menikmati empat macam atribut yakni persepis yyang tak terbatas, pengetahuan yang tak terbatas, kekuatan yang tak terbatas dan kebahagiaan yang tak terbatas. Kesempurnaan jiwa seperti ini dapat dirasa ketika dia amsih hidup atau sudah mati.[23]
5.      Tentang Epsitemologi
Dalam aspek epistemologi, jaina menolak pandangan carvaka bahwa persepsi hanyalah satu-satunya sumber valid munculnya pengetahuan. Jika kita menolak kemungkinan memperoleh pengetahuan benar melalui inferensi dan testimoni orang lain, kita semestinya meragukan validitas persepsi, karena sekalipun persepsi kadang-kadang bisa bersifat ilusi. Padahal carvaka sendiri memakai inferensi (anumana) ketika mengatakan bahwa semua inferensi adalah invalid, dan juga ketika mereka menolak eksistensi objek-objek karena mereka tidak dilihat. Disamplng persepsi, jaina menerima inferensi dan testimony (sabda) sebagai sumber pengatahuan valid. Inferensi menberikan pengetahuan valid ketika ia mengikuti kaidah-kaidah logis yang tepat. Testimoni valid ketika ia merupakan laporan otoritas terpercaya. Atas otoritas ajaran-ajaran orang-orang suci yang telah terbebaskan (jaina atau tirthankara) orang-orang pengikut ajaran ini mendapatkan pengetahuan yang benar yang tidak dapat diperoleh oleh orang yang masih terbatas. Testimoni Tirthankara ini tidak diragukan lagi ke-validan-nya.[24]
Jaina mengklasifikasikan pengetahuan menjadi, pengetahuan langsung (aparoksa) dan pengetahuan antara (paroksa).Pengetahuan langsung lebih lanjut lagi dibagi lagi menjadi avadhi, manahparyaya dan kepala; dan pengetahuan antara menjadi mati dan sruta.Mati mencakup pengetahuan perseptual dan inferensial.Sruta berarti pengetahuan yang diambil dari otoritas. Avadhi-jnana, manahparyaya-jnana, dan kevala-jnana merupakan tiga jenis pengetahuan langsung yang bisa dikatakan sebagai persepsi ekstra biasa dan ekstra sensori avadhi adalah kemampuan melihat hal-hal yang tidak Nampak oleh indra; manahparyaya adalah telepathi; dan kevala adalah kemahatahuan. Disamping kelima pengetahuan benar tersebut diatas, ada juga tiga pengetahuan salah, yaitu samshaya atau keragu-raguan, viparyaya atau kesalahan dan anandhyavasaya atau pengetahuan salah melalui kesamaan.[25]
Pengetahuan lagi dibagi menjadi dua jenis, yaitu pramana atau pengetahuan tentang suatu benda seperti apa adanya, dan naya atau pengetahuan tentang suatu benda didalam hubungannya dengan yang lainnya. Naya berarti titik pandang atau pendapat dari mana kita membuat pernyataan tentang sesuatu .Semua kebenaran adalah relativ terhadap pandangan kita. Pengetahuan parsial merupakan salah satu aspek yang takterhitung banyaknya tentang suatu benda disebut  “naya” . Terdapat tujuh naya yang empat pertama adalah artha-naya, kemudian tiga terakhir disebut sabda-naya.[26]
6.      Tentang pluralisme roh
Jaina percaya dengan pluralisme roh; terdapat roh-roh sebanyak tubuh hidup yang ada.Tidak hanya roh dalam binatang, tetapi juga tumbuh-tumbuhan dan bahkan dalam debu.Hal ini juga diterima dalam ilmu pengetahuan moderen. Semua roh tidak secara sama memilki kesadaran, ada yang lebih tinggi ada yang lebih rendah. Semaju apapun indria-indrinya, roh terbelenggu dalam pengetahuan y6ang terbatas; juga terbatas dalam tenaga dan mengalami segala jenis penderitaan.Tetapi setiap roh mampu mencapai kesadaran tak terbatas, kekuatan dan kebahagian.Mereka dihalangi oleh karma, seperti matahari dihalangi oleh awan.Karma dapat menyebabkan belenggu roh.Dengan menyingkirkan karma roh dapat memindahkan belenggu dan mendapatkan kesempurnaan alamiah.[27]
Tiga cara menyingkirkan belenggu, yaitu keyakinan yang sempurna dalam ajaran-ajaran guru-guru jaina, pengetahuan benar dalam ajaran-ajaran tersebut, dan perilaku yang benar. Perilaku benar terdiri atas praktek tidak menyakiti atau melukai seluruh makhluk hidup, menghidari kesalahan, mencuri, sensualitas, dan kemelakatan objek-objek indriya, mengkombinasikan ketiganya di atas, perasaan akan dikendalikan dan karma yang membelenggu roh akan disingkirkan. Lalu, roh mencapai kesempurnaan alamiahnya yang tak terbatas, pengetahuan tak terbatas, dan kebahagian yang tak terbatas. Inilah keadaan miksa menurut ajaran jaina. Hal ini telah dibukatikan oleh guru-guru dalam tradisi jaina atau Tirthankara. Mereka memperlihatkan jalan menuju moksa.[28]
7.      Tentang Metafisika
Di dalam aspek metafisikanya, jainisme mengambil posisi realistik dan pluralism relativistik.Ia disebut atau doktrin pluralistik realitas. Material dan spirit dipandang sebagai realitas-realitas yang independen dan terpisah.Terdapat atom-atom material yang tak terhitung jumlahnya dan roh-roh individu aspek-aspek dirinya yang juga tak terhitung jumlahnya. Sebuah benda mempunyai karakteristik yang tak hingga jumlahnya .setiap objek mempunyai karakter positif dan negative yang tak terhitung jumahnya. Adalah tak mungkin bagi manusia biasa untuk mengetahui semuanya itu.Kita hanya tahu sebagian kecil saja. Oleh karena itu, jainisme  mengatakan ia yang mengetahui semua sifat benda di dalam satu benda, mengetahui semua sifat semua benda, dan ia mengetahui semua sifat semua benda. Mengatahui senua sifat di dalam satu benda. Pengetahuan manusia, dengan melihat kapasitasnya yang terbatas , ia adalah relativ dan terbatas dan semuanya merupakan keputusan kita.
Teori logika dan epistemologi Ajaran jaina ini disebut “syadvada”. Baik anekantavada maupun syadvada merupakan dua aspek dari ajaranyang sama –realistik dan prulalistik relativistik. Sisi metafisikanya bahwa realitas mempunyai karakter yang tak terhitung jumlahnya disebut anekantavada, sementara pandangan logika dan epistemologinya bahwa kita hanya dapat mengetahui beberapa aspek saja dari suatu realitas di dunia dan oleh karena itu keputusan-keputusan kita bersifat relativ, maka ia disebut syadvada dan ada tujuh golongannya:
1.      Syadasti:secara relative, sebuah benda riil.
2.      Syannasti:secara relative, sebuah benda tidak riil.
3.      Syadasti nasty:secara relative, sebuah benda keduanya riil dan tidak riil.
4.      Syadavaktavyam:secara relative, sebuah benda tak bisadijelaskan.
5.      Syadasti cha avaktavyam:secara relative, sebuah benda riil dan tidak bisadijelaskan.
6.      Syannasti cha avaktavyam:secara relative, sebuah benda tidak riil dan tidak dapat di jelaskan.
7.      Syadasti cha nasty cha avaktavyam: secara relative, sebuah bendarill, tidak riil dan tidak bisa dijelaskan.
C.    PRAKTEK KEAGAMAAN DALAM JAINISME
A.       Asketisme
Menurut jainada dua motif melakukan kehidupan asketik, pertama bahwa kehidupan asketik dianggap sebagai salah satu macam atletikisme spiritual yaitu latihan spiritual para atlit menjelang pertandingan. Kedua, bahwa kehidupan asketik itu menempatkan prinsip serba dua antara materi dan spirit (jiwa). Alu mencari cara untuk membebaskan jiwa yang terkurung dalam daging.
Jainisme sangantmementingkan asketisme.Hal ini diandaikan sebagai perjuangan mahavira untu memperoleh pengetahuan agung.Karena itu sifat asketik jainisme menjadi bgitu ekstrim dan ketat.
B.     Etika penganut agama Jain
Masyarakat jainisme terdiri atas pendeta, biara dan orang kebanyakan. Hanya ada lima disiplin spiritual didalam jainisme. Di dalam kasus kependetaan disiplin ini benar-baner ketat, kaku dan sangat fanatik.Sementara dalam kasus orang umum hal itu bisa di modifikasi.
Untuk pendeta ada lima sumpah yang disebut “sumpah besar” (maha-vrta), sementara bagi orang umum disebut ‘sumpah kecil’ (anu-vrta). Kelima sumpah tersebut adalah (1) ahimsa (non kekerasan), (2) satya (kebenaran di dalam pikiran), (3) asteya (tidak mencuri), (4) brahmacharya (berpantang dari pemenuhan nafsu baik pikiran, perkataan maupun perbuatan), dan (5) aparigraha (ketakmelekatan dengan pikiran, perkataan dan prbuatan).Dalam hal orang umum, aturan ini bisa di modifikasi dan disederhanakan.[29]
Untuk orang awam ada 12 atauran yang semula berasal dari aturan pendeta. Keduabelas aturan tersebut adalah
1.        Tidak pernah menyengaja melenyapkan kehidupan dari makhluk ang berorgan indra
2.        Tidak pernah berbohong
3.        Tidak mencuri
4.        Tidak berzina
5.        Tidak tamak
6.        Menghindari godaan-godaan
7.        Membatasi jumlah barang yang dipakai sehari-hari
8.        Menjaga hal yang berlawanan dengan usaha untuk menghindari dari kesalahan-kesalahan
9.        Menjaga periode-periode meditasi yang telah dicapai
10.    Mengamati periode-periode penolakan diri
11.    Memanfaatkan periode-periode kesempatan menjadi pendeta
12.    Member sedekah
Umat awam juga memegag prinsip ahimsa, dengan melakukan diet vegetarian dan selanjutnya melarang diri makan telor.  
D.    Praktek Ritual Agama Jain
A.       6 Ritual penting
1.      Samayik (kedaan keseimbangan)
Samyik adalah salah satu praktek ritual yang paling penting dari Jainisme di mana kami mencoba untuk mendekati jiwa kita. Selama samayik, kita duduk di satu tempat selama empat puluh delapan menit mengisolasi diri dari rumah tangga sehari-hari, sosial, bisnis, atau kegiatan sekolah. Saat ini, kita membaca buku-buku agama, berdoa, menyembah, membaca tasbih, atau melakukan meditasi. Sebelum memulai samayik, kami menghapus pakaian reguler kami dan memakai sederhana, tapi pakaian katun putih bersih yang disimpan hanya samayik. Kami tidak memakai pakaian sutra atau kulit artikel yang melibatkan banyak kekerasan bug atau hewan. Putih adalah simbol kesucian dan ketenangan dan itu mengingatkan kita bahwa kita harus tetap murni dan tenang.
Beberapa barang yang kami butuhkan selama samayik adalah asan, muhapati, rajoharan, Ghadi, anupurvi, rosario, dan buku-buku agama yang akan membantu kita untuk melaksanakan beberapa kegiatan keagamaan. Setelah membersihkan tanah dengan rajoharan, asan tersebar untuk duduk. Sebuah muhapati digunakan untuk menutupi mulut. Beberapa orang mengikatnya untuk menutup mulut mereka, sementara yang lain terus di tangan mereka dan menggunakannya untuk menutupi mulut mereka saat berbicara. Muhapati A mencegah organisme kecil memasuki mulut. Hal ini juga menjadi penyangga sehingga kekuatan suara dan udara panas dari mulut kita tidak akan membunuh banyak makhluk udara. Sebuah muhapati juga mencegah meludah jatuh pada buku. Hal ini juga berfungsi sebagai pengingat kepada kita bahwa kita harus mengontrol apa yang kita katakan kepada orang lain. Sebuah rajoharan adalah jenis sapu yang terbuat dari bahan katun halus atau benang wol digunakan untuk membersihkan lantai, dan juga untuk mengusir bug datang ke arah kami, sehingga mereka tidak terluka. Jika karena alasan tertentu seseorang harus berjalan selama Samayik yang kemudian rajoharan digunakan untuk menghapus lantai sehingga tidak ada bug yang hancur. Ghadi adalah jenis pasir yang membantu kita untuk mengetahui waktu 48 menit. Selama samayik beberapa orang membaca buku-buku agama, sementara yang lain mungkin melafalkan mantra Navkar dengan rosario atau dengan bantuan anupurvi atau mungkin melakukan mediasi.
Selama samayik, kita tidak boleh berbicara atau memikirkan apa pun yang melibatkan setiap tingkat kekerasan. Oleh karena itu, sebelum memulai samayik yang kita harus menghentikan kegiatan bisnis kami, urusan keluarga, dan hal-hal lainnya, sehingga kita tidak mendapatkan terganggu. Kita harus memberitahu teman-teman dan anggota keluarga untuk meninggalkan kami sendirian dari hal itu selama ini. Selama samayik kita tidak harus membicarakan, membaca atau membicarakan hal-hal sensual, atau hal-hal yang berkaitan dengan hal-hal duniawi. Selama samayik tersebut, gerakan kita juga harus dibatasi sehingga kita dapat mengamati ahimsa (tanpa kekerasan) lebih mudah. Kita harus memilih tempat yang tenang, terisolasi sehingga kita tidak terganggu oleh peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Karena suasana yang terpisah, dan karena kita tidak terlibat dalam hal-hal duniawi selama 48 menit samayik, kita seperti sadhus yang hidup terpisah selama hidup ini.
Dengan demikian, praktik ini memberikan kita beberapa sekilas monkshood dan membawa kita ke arah ituSama seperti kita harus berhati-hati tentang bagaimana kita berkendara untuk menghindari kecelakaan, atau mendapatkan tilang, dengan cara yang sama kita harus berhati-hati bahwa kita tidak mengalami kesulitan apapun saat melakukan samayik kami. Jika kita berhati-hati maka kita dapat melanggar samayik oleh mental, kegiatan verbal dan fisik kita.
Ada sepuluh pelanggaran jiwa yaitu : 1) tidak menghormati, 2) menjadi serakah untuk ketenaran, 3) menjadi serakah untuk keuntungan, 4) yang bisa dibanggakan, 5) berada dalam ketakutan, 6) untuk mengharapkan imbalan, 7) untuk meragukan manfaat, 8) berada dalam kemarahan, 9) untuk menjadi kasar, dan 10) untuk menghina. Ada sepuluh pelanggaran lisan: 1) untuk menggunakan kata-kata kasar, 2) menggunakan kata-kata yang mengkhawatirkan, 3) untuk mengucapkan kata-kata non-agama, 4) untuk berbicara tidak memadai, 5) menggunakan kata-kata untuk menghasut perang, 6) gosip, 7) untuk mengolok-olok, 8) mengucapkan benar, 9) menggunakan kata-kata tidak rasional, dan 10) untuk jargon. Ada dua belas pelanggaran fisik: 1) untuk duduk di tempat yang cocok, 2) tidak duduk stabil, 3) berjalan setiap sekarang dan kemudian, 4) melakukan pekerjaan rumah, 5) untuk meregangkan tubuh, 6) untuk bersandar terhadap dukungan, 7) karena malas, 8) retak buku-buku jari, 9) untuk membersihkan kotoran tubuh, 10) untuk menggaruk tubuh, 11) untuk membuat postur vulgar, dan 12) untuk tidur. Meskipun mungkin terlihat sulit, bukan tidak mungkin untuk dilakukan samayik dengan cara yang benar.
Dengan cara ini samayik membantu kita dalam mencegah akumulasi karma baru dan penebusan dosa yang kita lakukan selama samayik membantu kita untuk menghapus beberapa karma kami akumulasi.[30]
2.      Chaturvimsati (menyembah 24 tirthankara)
Chaturvimsati merupakan ritual keagamaan penting Jainisme. Ketika seseorang mencapai Sambhav di Samayik, orang berpikir tentang mereka kepribadian yang besar yang menunjukkan jalan `samta`. Yang berikutnya juga berpikir tentang Gunas mereka (karakteristik). Ini adalah konsep di balik chaturvimsati. Nama-nama Dua puluh empat Tirthankaras, yang mendirikan teerths, diingat bersama dengan Gunas. Kemudian kita tidak dapat berhenti memuji ke 24 thirtankara tersebut Dengan demikian, `Loggass` dibacakan yang memiliki arti yang mendalam seperti Mantra.Bentuk loggassa adalah sebagai berikut:
Dalam ayat pertama, ada keputusan untuk melakukan stuti dari 24 tirthankaras.Dalam ayat kedua, ketiga dan sebagainya menjelaskan nama-nama tirthankaras. Kemudian tiga ayat terakhir seperti chulika_ berartimenghubungkan niat dengan upaya untuk itu, dan padaakhirnya, itu menyatakan keuntungan buah yang diinginkanyaitu Siddhi.
3.      Vandan (menawarkan salam ke saddhus (bikhu) atau sadvhis (bikhuni))
Selama vandana, kita tunduk kepada para biarawan dan biarawati dan mengungkapkan rasa hormat kita kepada mereka.Mereka adalah pemandu agama kita saat ini, dan preceptors.Sementara membungkuk, kita menjadi rendah hati, dan dengan demikian, ini membantu kita untuk mengatasi ego dan amarah.Hal ini juga mengilhami kita untuk menjadi seperti mereka.(Jika tidak ada bhikkhu atau bhikkhuni maka kita sujud dalam arah Utara-Timur untuk Arihantas yang saat ini tinggal jauh dari sini.)
1.      Pratikraman(menyadari apa yang telah kita lakukan salah dan menyesalinya)
Pratikraman adalah kombinasi dari dua kata, Pra berarti kembali dan atikraman arti pelanggaran.Secara harfiah, itu berarti kembali dari pelanggaran.Sebagai rumah tangga Jain, kita seharusnya mengamati belas minor sumpah untuk meminimalkan kekerasan terhadap makhluk hidup lainnya yang pada gilirannya meminimalkan kerusakan pada jiwa kita sendiri.Selama Pratikraman kami meninjau kegiatan kami untuk setiap pelanggaran yang mungkin terjadi selama ini sumpah. Dengan cara ini, kita meminta pengampunan atas tindakan kita dan memurnikan jiwa kita, dan meningkatkan kegiatan masa depan kita. Jika kita belum mengambil sumpah ini, maka kita harus berharap untuk hari seperti ini akan datang ketika kita bisa mengambil sumpah mereka.
Pratikraman biasanya dilakukan dua kali sehari: sekali di pagi hari, Raisi (pagi) Pratikraman, untuk bertobat untuk hal-hal kita mungkin memiliki dilakukan selama waktu malam dan sekali di malam Devasi (malam) Pratikraman untuk bertobat untuk hal-hal kita mungkin memiliki dilakukan pada siang hari. Mereka yang tidak dapat melakukan pratikraman harian harus melakukan Pakshik (dua minggu) Pratikraman, yang dilakukan sekali setiap lima belas hari. Ada beberapa yang tidak bisa menemukan bahkan waktu untuk itu, mereka harus melakukan Choumasi (kuartalan) Pratikraman, setiap empat bulan.Namun, jika seseorang tidak dapat menemukan waktu untuk itu, maka mereka harus melakukan Samvatsari (tahunan) Pratikraman, setahun sekali yang dianggap suatu keharusan bagi setiap Jain. Dengan bertobat selama pratikraman, kita mengurangi belenggu karma bagi jiwa kita dan menghindari melakukan dosa yang sama di masa depan. Jika kita tidak bertobat atas semua perbuatan kita setidaknya sekali setahun, maka belenggu karma bagi jiwa menjadi parah dan bahkan sulit untuk menumpahkan off.Pada kenyataannya semua, kita harus melakukan pratikraman secepat orang menyadari dia telah melakukan dosa.
2.      Kayotsargga(meditasi jiwa)
Kata kayotsargga terdiri dari dua kata Kaya berarti tubuh dan utsarga berarti menyerah.Kayotsargga berarti menyerah kenyamanan seseorang fisik dan gerakan tubuh, sehingga tinggal stabil, baik dalam berdiri atau postur lainnya, dan berkonsentrasi pada hakikat jiwa sebagai terpisah dari tubuh atau membacakan mantra navakar atau Chauvisantho.Ini adalah bentuk meditasi dan dengan berlatih kayotsargga murni kita perlahan-lahan mendapatkan kontrol pada aktivitas mental, verbal, dan fisik.
3.      Pratyakhyan(penolakan)
Ini adalah penolakan formal kegiatan tertentu, yang mengurangi atau menghentikan aliran dari karma.Pratyakhyan membantu kita untuk belajar mengendalikan keinginan kita dan mempersiapkan kita untuk penolakan yang lebih besar.
4.      Ibadah Harian
Selain enam ritual penting diatas umat jain juga taat melaksanakan ibadah harian atau pemujaan harian yakni penyembahan terhadap berhala. dalam penyembahan berhala ada tiga tingkatan atau tiga taha yakni puja, vandan kirtan dan aarati.
Puja dalam penyembahan ini ada 8 macam yakni:
1.      Jala (Air) Puja:Air melambangkan laut. Setiap makhluk hidup terus perjalanan melalui lautkelahiran, kehidupan, kematian, dan penderitaan. Puja ini mengingatkan bahwa orang harus menjalani hidup dengankejujuran, kebenaran, cinta dan kasihsayang terhadap semua makhluk hidup. Dengan cara ini orang
akan mampu menyeberangi Samudera Hidup dan mencapai Moksha atau pembebasan. Jalurpembebasan adalah Samyak Darshan, Samyank Jnan dan Samyak Charitra dalam agama Jain.
2.      Chandan (Sandal kayu) Puja:Chandan melambangkan Pengetahuan (Jnan). Selama puja ini, kita harus merenungkanPengetahuan yang tepat. Pengetahuan yang benarberarti pemahaman yang tepat tentang realitas yangtermasuk Jiwa, Karma, danhubungan mereka. Jainsim percaya bahwa Pat dariPengetahuan adalah jalan utama untuk mencapai pembebasan.
3.      Pushpa (Bunga) Puja:Bunga melambangkan perilaku. Perilaku kita harus seperti bunga, yang menyediakankeharuman dan keindahan kepada semua makhluk hidup tanpa diskriminasi. Kita harus hidup hidup seperti bunga dengan penuh cinta dan kasih sayang terhadap semua makhluk hidup.
4.      Dhup (Dupa) Puja:Dhup melambangkan kehidupan pertapa. Sambil membakar sendiri, Dhup memberikan keharumanlain. Demikian pula biarawan dan biarawati benar menghabiskan seluruh hidup mereka tanpa pamrih untuk kepentingan
dari semua makhluk hidup. Puja ini mengingatkan bahwa seseorang harusberkembang untuk hidup asketis yangakhirnya mengarah pada pembebasan.
5.      Deepak (Candle) Puja:Nyala Deepak merupakan Kesadaran Murni atau Jiwa tanpa perbudakanatau Jiwa Dibebaskan. Dalam Jainsim, jiwa seperti ini disebut Siddha atau Tuhan. Tujuan utama dari setiap makhluk hidup adalah menjadi bebas darikarma.
6.      Akshat (Beras) Puja:Beras rumah tangga adalah jenis biji gandum, yang non-subur.Satu tidak bisatumbuh tanaman padi dengan penyemaian padi rumah tangga. Secarasimbolis itu berarti bahwa beras merupakankelahiran terakhir. Dengan melakukan puja satu ini harus berkembang untuk menempatkan semua upaya dalam kehidupan sedemikiancara bahwa kehidupan ini menjadi kehidupan lalu seseorang dan setelah akhir kehidupan yang satu ini akandibebaskan dan tidak akan terlahir kembali.
7.      Naivedya (Manis) Puja:Naivedya melambangkan makanan lezat. Dengan melakukanpuja ini, kita harus berkembang untuk mengurangi ataumenghilangkan keterikatan pada makanan lezat. Makanan sehat sangat penting untuk kelangsungan hidup,
Namun tidak ada yang harus hidup untuk makan makanan lezat. Tujuan utama dalamkehidupan seseorang adalah untukmencapai kehidupan di mana tidak ada makanan sangat penting bagi keberadaan kita dan itu adalah kehidupan dibebaskan
jiwa, yang tinggal di Moksha selamanya dalam kebahagiaan tertinggi.
8.      Fal (Buah) Puja:Buah melambangkan Moksha atau Liberation. Jika kita menjalani hidup kita tanpa lampiranuntuk urusan duniawi, terus melakukan tugas kita tanpa harapan dan penghargaan,disaksikan semua peristiwa yang terjadi di sekitar dan di dalam kita, benar-benarikuti kehidupan pertapa, dan memiliki cinta dan kasih sayangkepada semua makhluk hidup, kita akan mencapaibuah Moksha atau pembebasan.Ini adalah puja terakhir melambangkan akhirpencapaian hidup kita.
Pada akhirnya kami menghiasi berhala-Call Aangi-biasanya sangat menarik,menciptakan bhav baikselama Darshan.

tingkatan kedua yaitu Vandan KirtanSetelah penyembahan berhala dilakukan, kita lakukan bahv puja, membaca studi, lakukan chaitya Vandan dll. Semua upacara membantu kami dalam dua cara. Pertama, kita merasa senang, hati kita mengalami suatusukacita internal. Kedua, membantu dalam menghancurkan kashayas, bibit tanamankualitas baik dalamkita dan menghancurkan banyak karma. Memahami arti dari semuasutra pasti membantu kitadalam meningkatkan bhava, sukacita dan bukannya ritual, menjadi kebutuhan sehari-hari.
Tingkatan terakhir yakni  Aaratibiasanya telah dilakukan di malam. Ini melambangkan kegembiraan setelah melakukan semua kegiatan agama di kuil. Ini menghancurkan semua karma dan membawa kebahagiaan hidup.
5.      Puja khusus (poojan)
Ada beberapa macam puja khusus ini diantaranya yakni:
1.      Snatra puja: Ini melambangkan tirthankara yang mandi digunung meru bersama dewa dewi, poojan selalu dilakukan sebelum setiap puja, pujan, pada perayaan ulang tahun,selama pembukaan usaha baru, dan pindah rumah dll.
2.      Panch Kalyanak puja : Puja ini memperingati lima peristiwa besar kehidupan theTtirthankar itu. Pada dasarnyadi puja ini, pandit virvijayji memuji Shri Shankheswar Parswanath. Puja inidilakukan dalam setiap acara yang baik. Lima kalyanks adalah konsepsi, kelahiran, penolakan, kemahatahuan, dan Moksha.
3.      Antaray Karma puja : Ada delapan poojas, sangat mirip dengan Ashta Prakari Pooja. Dalampoojas, menyebutkan tentang, bagaimana orang yang berbeda menciptakan antraykarmas dan merekamampu menghapus hambatan tersebut setelah melakukan poojas ini. Kemudian  Ada puja lainnya yakni, puja Navpad, Barvrata puja, Navvanu (99) Prakari pujatermasuk yang berikut:
· Digumber parva puja
· Das Lakshan Pooja-biasanya setelah parushan
· Solahkaran pooja
· Nirvankhetra pooja
6.      Pujan
Pujan yakni Sebuah ritual panjang yang hampir berlangsung sepanjang hari dan dilakukan oleh orang-orang yang sangat terpelajardan melibatkan banyak orang dalam upacara. Mereka dilakukan sesekali seperti saat baruupacara pembukaan candi, setelah penebusan dosa khusus seseorang seperti varshitapdll.

PERAYAAN-PERAYAAN PENTING DALAM AGAMA JAIN
Festival keagamaan atau parvas biasanya menurut tanggal pada kalender lunar. Inibervariasi daridua belas hari dalam satu bulan untuk satu atau dua hari dalam setahun. Jain mengamati penebusan dosa danmelakukan praktik keagamaan dengan tingkat intensitas yang berbeda. Mereka penting danhari-hari yang biasa terlihat adalah sebagai berikut.
·         Dua belas tithies
Dua belas tithis di setiap bulan-2, 5, 8, 11, 14 dan 15 hari masing-masing setengah
siklus bulan. Kebanyakan Jain mengamati lima hari, Shukla 5th, dua 8th dua hari ke14. Jainshastra menunjukkan Aaushyaabandh untuk kehidupan selanjutnya terjadi pada salah satu dari hari-hari ini
.
·          Hari Tahun Baru
Kartak shukla akam gautam berenang yang Keval ghyan hari
·         Ghyan panchmi
Ghyan panchmi - 5 hari Tahun Baru. Upaya terkonsentrasi terhadapmenghapus ghyanavarniya karma. Kitab Suci disembah dengan besarpengabdian. Bukudibersihkan dan diperbaiki jika diperlukan.
·         Chaumasi chaudas
Tiga Shukla Chaudas di bulan Kartak, Falgun dan Ashadh.
·         Dev Diwali atau Kartak poonam
Akhir Chaturmas atau musim hujan-sadhus Restart vihar dan pegunungan shatrunjaymembuka kembali bagi para peziarah
·         Mauna agiyaras
Ini adalah hari yang sangat menguntungkan sebagai benar-benar 150 Kalyanaks (dalam 10 bhumies karma)telah terjadi. Dalam Bharat itu adalah hari ulang tahun Diksha kalyanak dari18th Tirthankar Aarnathj, kevalghyan kalyanak, untuk ke-21 Tirthankar Neminathjidan Kelahiran, Diksha dan Keval ghyan kalyanak untuk ke-19 Tirthankar Mallinathji.Setiap kegiatan relegious dilakukan pada hari ini lebihbermanfaat daripada hari lain.Terutama kita mengamati diam, tetap dalam meditasi sepanjang hari. Cepat dilakukanpada hari ini memberikan buah dari 150 puasa.

·         Poh dasmi
Tiga hari puasa (sebagian atau lengkap) jatuh pada VAD 9, 10 hari-11margshirsh.Three kalyanaks dari 23 Tirthanker Parshvanathji di Magshirsh.
·         Navpad
Oli Parva - puasa parsial, satu kali makan sehari tanpa vigai, sembilan hari
berurutan dan meditasi diarahkan ke Navpad atau siddhachakra Aradhna, biasanya
jatuh pada (April dan Oktober) Lunar bulan Chaitra & Aso dari 7 hingga hari ke-15.
·         Mahavir Janma
Chaiitra shukla teras Anda simbolik snatra pooja dilakukan. Jain berkumpul untuk mendengarkanPesan Mahavirs, presentasi dramatis Trishlas mimpi dan kelahiran Bhagwans.
·         Akshay trutiya
Vaishak shukla trija-Bhagwan Rishabhdev bisa mendapatkan yang tepat alm (dengan
air tebu) setelah 400 hari puasa. Jain memberi penghormatan kepada Palitana atauHastinapura Tirth hari ini.
·         Paryushan parva
Parva ini dikenal sebagai raja semua parvas. Delapan atau 10 hari periode selama
Jain yang cepat, melakukan enam hal penting yang jantung dari semua Tanpa Kekerasan
tujuhhari
pertama  adalah jenis atau pra-persiapan hari untuk final hari-hari
pengakuan
dosa. Orang-orang pergi ke kuil setiap hari, mendengarkan wacana di
upashraya. Biasanya, Acharya maharaj membaca kalpa sutra, dan gaandhaarwad
·         Kehidupan Mahavirs.
Digmbers merayakan selama sepuluh hari - setiap hari selama 10 atribut nyata jiwa jugadisebut Das-Lakshna parva.
·         Perayaan Diwali
Perayaan Diwali menandai peringatanMahavira. KetikaMahavirmeninggalkan tubuh-Nya di bumi selamanya, itu adalah malam gelap Aso Amas. 18 Kings dijemaat memutuskan untuk menerangi lampu-Divas. Ini menciptakan cahaya yang luar biasa. menandakan bahwa pengetahuan Mahavir masih hidup


.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Ali, Mukti, Agama-agama di Dunia, (Yogyakarta: IAIN SUNAN KALI JAGA PRESS, 1988)
2.      Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar Di Dunia, (Jakarta: al Husna Zikra), cet. lll, 1996
3.      I.B. Putu Suamba, Dasar-dasar Filsafat India, (Denpasar: Mabhakti, 2003)
4.      http://abid3011.blogspot.com/2011/04/agama-jaina.html diakses tgl 21 maret 2013
5.      Muhammad Mardiansyah, Agama Sikh Dan Jain, dari http://ardiceper.blogspot.com/2012/05/agama-sikh-dan-jain.html
7.      http://www.iloveblue.com/agama-jain/




                                                                                                    



[1] Ali, Mukti, Agama-agama di Dunia, (Yogyakarta: IAIN SUNAN KALI JAGA PRESS, 1988)h, 151
[2] Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar Di Dunia, (Jakarta: al Husna Zikra), cet. lll, 1996, h 128
[3] Ali, Mukti, Agama-agama di Dunia, h. 152
[5] Ali, Mukti, Agama-agama di Dunia, h. 15153
[6]Muhammad Mardiansyah, Agama Sikh Dan Jain, diakses pada tanggal 21 maret, dari http://ardiceper.blogspot.com/2012/05/agama-sikh-dan-jain.htm
[7] Mukti Ali, Agama-Agama Dunia, Yogyakarta:Hanindita offset, 1988, cet l, h. 151-152
[8]Muhammad Mardiansyah, Agama Sikh Dan Jain, diakses pada tanggal 21 maret, dari http://ardiceper.blogspot.com/2012/05/agama-sikh-dan-jain.html
[9] Mukti Ali, Agama-Agama Dunia, Yogyakarta:Hanindita offset, 1988, cet l, h. 151-152
[10]Muhammad Mardiansyah, Agama Sikh Dan Jain, diakses pada tanggal 21 maret, dari http://ardiceper.blogspot.com/2012/05/agama-sikh-dan-jain.html
[11] Mukti Ali, Agama-Agama Dunia, Yogyakarta:Hanindita offset, 1988, cet l, h. 151-152
[12]Muhammad Mardiansyah, Agama Sikh Dan Jain, diakses pada tanggal 21 maret, dari http://ardiceper.blogspot.com/2012/05/agama-sikh-dan-jain.html
[13]. http://arifuddinali.blogspot.com/2011/12/jainisme.html.
[14] Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar Di Dunia, h 140-141
[15]http://abid3011.blogspot.com/2011/04/agama-jaina.html
[16]Ali, mukti, agama-agama di Dunia, h. 157
[17]Ali, mukti, agama-agama di Dunia, h. 158-159
[18]Ibid, h. 159
[19]Ibid, h. 160
[20]Ibid. h. 164
[21]Ibid, h. 164-166
[22]http://www.iloveblue.com/agama-jain/
[23]Ali, mukti, Agama-agama di Dunia, h. 167-169
[24] I.B. Putu Suamba, Dasar-dasar Filsafat India, (Denpasar: Mabhakti, 2003), h 315-16
[25] Ibid, h. 316
[26] ibid
[27] Ibid, h. 18
[28] Ibid, h. 320
              [29] I.B. Putu Suamba, Dasar-dasar Filsafat India, h. 319.

1 komentar:

  1. Goldenate - Titsanium White Dominus
    Goldenate.com titanium bars - Home | Titsanium White apple watch 6 titanium Dominus. Titsanium White burnt titanium Dominus. Product titanium tools Details. Titsanium White Dominus. Manufacturer, Titsanium titanium 3d printing White Dominus.

    BalasHapus