Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
“Agama-agama Minor”
Dosen
Pembimbing :Hj.Siti Nadroh, M.Ag
Disusun Oleh :
Zaimah Imamatul B
1110032100023
IIs Sholihah
1110032100025
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA VI/A
USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013
2013
1.
Sejarah dan
perkembangan agama jain
Agama jain adalah sebuah agama
monastic kuno dari india. Agama ini menolak otoritas weda sebagaimana halnya
agama budhha. Agama ini muncul pada
zaman wiracarita yakni masa akhir zaman brahmana, ketika ada perdebatan antara
aliran teistis dan non teistis. Menurut Jhon A Hutchison agama inijuga agama
budhha muncul di zaman heresies (zaman
pilihan) yang timbul karena dua alasan, yang pertama karena waktu itu orang
tidak mengakui adanya otoritas sacral Weda. Kemudian yang kedua yakni pada
waktu itu orang menolak batu ujian ortodoksi hindu yaitu apa yang disebut
kasta.[1]
Mengenai
sejarahnya, Agama
Jaina bermakna : agama Penaklukan. Yang dimaksudkan penaklukan adalah
penaklukan kodrat-kodrat Syahwati dalam tata hidup manusiawi[2],
sebenarnya ajaran agama jain ini telah lahir sejak dulu, agama jain mengakui
bahwa ada 24 Thirtankara atau jiwa sempurna yang kesemuanya dipercayai telah
menyebarkan ajaran agama jain keseluruh dunia[3]
dari dua puluh empat thirtankara tersebut, Vardhamana atau yang dikenal dengan
Mahavira yakni Thirtankara yang ke 24 adalah tokoh jainisme yang paling dikenal
dan para penganut agama jain merasa ajaran jain telah cukup sempurana tatkala
ditangannya.[4]
Jainisme
sndiri mulai diakui keberadaannya di magadha, india utara sekitar abad ke-6 dan
ke-5 sebelum masehi pada waktu itu mahavira menyebarkan ajaran-ajarannya. Oleh karena itu mahavira lebih dikenal sebagai nabi jainisme, bukan penciptanya.
Hal ini diperkuat oleh kenyataan bahwa mahavira dianggap bukan yang paling dulu
menyebarkan ajaran-ajaran jainisme tersebut. Namun diakui bahwa diantara sekian
banyak tirthankara, Mahavira adalah yang paling akhir turun ke Dunia ini.
Sehingga Ialah yang menyampaikan dan menyempurnakan ajaran-ajaran agama jain.[5]
Agama Jaina sendiri lahir berdasarkan reaksi dari ketiak
setujuannya terhadap ajaran-ajaran agama Hindu, maka pada saat itu terjadi
pemberontakan besar terhadap agama Hindu yang dipimpin oleh Mahavira. Mahavira lahir pada tahun 599 SM, ayahnya bernama
Sidarta yang merupakan seorang anggota dalam majelis yang memerintah Bandar
atau kesatuan ketentaraan di india. Ibunya merupakan anak dari ketua majelis
itu yang bernama Tri Sala.[6]Mahavira dilahirkan di wilayah republik Vaisali (Behar), di kampung
Basarh, kira-kira 27 mil di sebelah utara kota Patna.[7]
Sejak kecil
Mahavira sangat gemar mengikuti majelis-majelis dan ahli-ahli agama yang mana
memang tinggal atau menumpang diwilayah kerajaannya. Sebenarnya ia ingin
mendalami ilmu-ilmu agama atau ketuhanan, akan tetapi keadaan tidak dapat
mengizinkannya mendalami agama tersebut karena kedudukan keluargannya yang
mengurus hal-hal politik dan peperangan serta hidup dalam kesenangan dan kemewahan.
Nama mahavira sendiri bukan nama asli dia, nama aslinya adalah “vhardamana”.
Dia dipanggil mahavira itu sendiri setelah ada kejadian dimana pada suatu
ketika ada seekor gajah yang terlepas dari kandangnya kemudian merusak apa-apa
yang menghalangi jalanya dia, tidak ada satu-pun orang yang bisa menangkap dan
menjinakan hewan itu. Dan ketika sedang bermain vhardamana melihat gajah
tersebut dan dia langsung menangkapnya dan menjinakannya padahal usiannya baru
7 tahun. Akhirnya rakyat kerajaan Moghadah amat memujikan keberanian pangeran
muda itu, sejak itu-pun dia dipanggil Mahavira (perwira perkasa). Dia juga
dinamakan jaina yang berarti ‘gagah perkasa’ dan dengan sifat itulah agama
tersebut diberi nama agama jaina. Dia menikah dengan puteri yasodha dan dikarunia
satu orang anak.[8] Anak Mahavira
diberi nama Anoja.[9]
Awal mula dari kemunculan agama jaina ialah ketika
mahavira menyaksikan prilaku kasta brahmana ( Brahmin ) yang banyak
melakukan penyelewengan-penyelewengan sehingga membuat dia muak pangeran muda
tersebut. Apalgi ketika ia menyaksikan kematian kedua orang tuanya dalam
keadaan lapar padahal mereka hidup dalam kemewahan, itu dilakukan kedua
orangnya Karena dalam ajaran hindu mengatakan kematian dalam keadaan
lapar merupakan suatu kematian yang suci ( holy death ). Setelah kedua
orang tuanya meninggal itulah dia berkata kepada saudaranya :
“ saudara, untuk berkabung atas kemangkatan ibu-bapak kita, saya berkehendak
mengangkat sumpah bahwa dua belas tahun lamanya saya akan mengabaikan tubuh
menahankan bencana apapun yang datang dari kodrat-kodrat gaib maupun manusia
atau-pun hewan “. ( SBE. 22-200 ).
Mahavira melakukan perjalanan
mengembara sebagai seorang kafir, dan bersumpah “ dalam masa 12 tahun terhitung
mulai dari saat ini saya tidak akan mengucapkan sepatah katapun“. Dari sumpah
itu dia mendapatkan banyak pelajaran, diantaranya dia itu lebih baik dari kata.
Mahavira juga tidak membenarkan membunuh apa-apa yang bernyawa. Kemudian
ajaran-ajarannya banyak didukung oleh kalangan raja-raja karena salah satu
ajarannya adalah tidak boleh menyakiti benda-benda yang mempunyai ruh tetapi
telah mewajibkan rakyat agar taat dan setia kepada orang yang memerintah,
barang siapa yang melanggar atau menentang akan disembelih kepalannya. Apalagi seruannya
mengandung sesuatu yang membayangkan isi hati mereka dalam menentang golongan
brahmana. Penyebaran hasil pemikirannya disebar melalui padato-pidato dan
ceramah-ceramah diberbagai kota di india. Dari perjalanannya itu kemudian pengikut jaina lebih kurang satu juta orang dan semuanya
berada di india seperti agama hindu, pada keseluruhannya tata sosial dan pendidikan mereka bersifat tinggi. Sumber-sumber suci dikalangan para
pengikut jaina adalah pidato-pidato mahavira yang dikumpulkan bersama-sama dan
dijilid menjadi suatu sumber hukum. Sehingga disetujui bahwa bahasa
kepustakaan suci ini adalah suatu bahasa yang dinamakan “ Ardha Majdi “.
Tatkala timbul niat untuk menjaga dan menyusunnya, maka digunakan bahasa
sanskerta. Kitab tersebut berisikan tentang pesan-pesan dan sumber hukum dari para pengikut agama jaina. Kitab suci Jaina yaitu
“Siddahanta” yang bermakna perintah, ajaran, bimbingan. Kitab suci ini terdiri
ari 12 buah Angas (Bab).[10]
Ia
mulai melakukan meditasi dan merasakan kesengsaraan hidup dengan tujuan
mencapai kebebasan tuntas. Pada tahun ke 13 dari masa pertapanya, ia berhasil
memperoleh pengetahuan agung yang disebut kevala dan berhasil memasuki nirwana
pada usia 72 tahun di kota Pavapuri, juga di Behar. Sejak saat itu kota
Pavapuri menjadi pusat ziarah para penganut agama Jain. Hari peringatan tahunan
pencerahan agama Hindu, yang disebut Diwali, dijadikan hari ziarah di kota
tersebut, karena diduga pada hari itu pula Mahavira berhasil mencapai nirwana.
Dalam kuil utama agama Jain di kota ini ditemukan cap-cap kaki Mahavira yang
dianggap sakral.[11]
Perkembangan Jainisme
Telah disebutkan di atas bahwa penyebaran hasil pemikiran Mahavira disebar melalui padato-pidato dan
ceramah-ceramah diberbagai kota di india. Dari perjalanannya itu kemudian pengikut jaina lebih kurang satu juta
orang dan semuanya berada di india seperti agama hindu, pada keseluruhannya tara sosial dan penidikan
mereka bersifat tinggi.[12]
Dewasa ini ada
lebih dari 8 juta pengikut agama ini.Mereka terutama ditemukan di India.Secara
sosial, biasanya para penganut Jainisme termasuk golongan menengah ke
atas.Agama Jaina itu mewariskan bangunan-bangunan kuil yang amat terkenal keindahan
arsitekturnya di India dan senantiasa dikunjungi wisatawan.[13]
Agama jinisme
dikenal di Asia Selatan (India) dan disebarkan oleh Vardamina (546 SM) yang
berasal dari keluarga yang sangat
berkuasa pada masanya. Vardamina selama dua belas tahun hidup menjadi anggota
masyarakat pertapa yang bernama Nirgrantha. Pada tahun ke-13 dalam
pengembaraannya Vardamina mendapatkan ilham atau wahyu penerangan tentang
hakikat Tuhan yang Maha Tahu, yang mengerti akan segala sesuatu yang ada di
jagad raya ini baik yang tersembunyi maupun yang nampak. Dan pada selama tiga
puluh tahun kemudian Vardamina menyiarkan agamanya.Dan setelah Vardamina
Mahavira meninggal aliran jainisme pecah menjadi dua yaitu Svetambara (memakai
jubah putih) dan Digambara (berpakaian langit atau telanjang)perpecahan tersebut terjadi Sekitar tahun 310 SM yakni lebih kurang tiga abad
sepeninggal Mahavira. Perpecahan itu disebabkan musim paceklik di India utara.
Sejumlah 12.000 orang dari jemaat jaina itu dibawah pimpinan Badhrabahu,
melakukan perpindahan menuju ke belahan selatan India, berdiam dan menetap
dalam wilayah Mysore. Dengan begitu jemaat terpecah menjadi dua, yaitu belahan
utara dan belahan selatan. Belahan utara beriklim dingin dan be;lahan selatan
beriklim panas. Di dalam wilayah yang beriklim panas itu, pakaian tidak
diperlukan. Sedangkan di belahan utara lebih mengutamakan bertarak dan bertapa
tetapi perpecahan itu belum resmi.
Kemudian
Sekitar tahun 82 Masehi perpecahan itu menjadi resmi dan disebabkan masalah
pakaian. Jemaat yang mendiami di belahan utara pegunungan vindaya selalu
mengenakan pakaian putih, dan jemaat ini yang disebut dengan sekte svetambara
(jemaat berpakaian putih). Sedangkan jemaat yang mendiami di belahan selatan
pegunungan vindaya tidak mengenakan pakaian sehelai benang pun karena beriklim
panas. Jemaat itu disebut dengan digambara (jemaat bertelanjang bugil bagaikan
langit).
Masalah
pakaian itu lantas menjadi masalah keagamaan yang meruncing sangat tajam antara
kedua sekte. Sekte digambara itu beralaskan sikap hidup Mahavira didalam
pengembaraannya, yang tidak peduli terhadap kebutuhan duniawi. Tetapi sejak
abad ke 7 M, yakni semenjak anak benua India itu berada dibawah kekuasaan
islam. Maka jemaat digambara mulai dipaksakan mengenakan pakaian, setidaknya
mengenakan celana dalam.
Selain
itu Persentuhan agama Jaina dengan agama Islam juga menjadi bagian dari
perkembangan agama jain. Persentuhan keduanya pada anak benua India itu lambat
laun menimbulkan pengaruh dalam lingkungan agama Jaina itu. Pada tahun 1474 M lahir suatu sekte baru, yaitu Stanavaksi.Ini muncul dari lingkungan sekte
Svetambara pada belahan India Utara.Sekte ini merupakan gerakan reformasi dalam
agama Jaina, yakni gerakan pembaharuan.Mereka berusaha mendalami dan
menyelidiki kitab suci Siddanta (agama) itu, lalu memisahakan angas yang dapat
dipandang otentik dan angas yang dipandang susunan pada masa belakangan.Di
dalam angas yang dipandang otentik itu tidak dijumpai pemujaan terhadap patung
dan berhala.Justru kuil-kuil yang menjadi milik jemaat Sthanavaksi itu, sampai
kepada masa sekarang ini, tidak berhiaskan patung apapun juga.[14]
2.
Ajaran
dan praktik kegamaan
A.
Kitab Suci
sumber-sumber suci dikalangan para pengikut
agam jaina adalah pidatdo-pidato mahavira. Kemudian pidato-pidato mahavira ini
diteriam oleh para pengikutnya seperti para murid-muridnya,orang-orang
arif,pendeta-pendeta dan para ahli ibadah. Sumber kepustakaan suci ini diturunkan
dari generasi ke generasi secara lisan. Lalu dikarenakan takut ajaran-ajarn ini
hilang dan bercampur dengan ajaran-ajaran yang lain maka pada abad ke-4 SM
namun ada juga yang menyebut pada130 SM, para penganut jaina mengadakan
pertemuan dibandar patli putra, untuk mengumpulkan naskah-naskah suci untuk
dijilid manjadi satu. Dan kemudian kitab suci ini diberi nama siddhanta, yang
menjadi ajaran pokok agama jaina. Dan bahasa yang digunakan dalam kitab ini
adalah bahasa ardha majdi atau prakit.Namun bahasa tersebut hanya digunakan
pada abad-abad sebelum masehi, setelah masehi untuk menjaga isinya kitab
tersebut diganti bahasanya menjadi bahasa sansekerta.[15]
Menurut Shri Krishna Saksena isi kanon Jainisme
secara sistematik terdiri dari 12 anga, dan anga yang terakhir dibagi menjadi
14 purwa, 5 prakarana dan literature sutra yanglain. Menurujt jainisme kanon
yang orisinal sejak zaman Thirtankara yang pertama terdiri dari dua buah buku
suci yaitu, 14 Purva dan 11 anga.Namun akhirya keempat belas purva tersebut
diperdebatkan antara sekte digambara dan svetambara, terutama karna hanya
diberlakukan oleh sthulabadra. Kanon-kanon yang lain kurang begitu dipermasalahkan.
Kemuadian kesebelas anga diatas terdiri dari 45 teks selain itu masih ada pula
12 upanga.10 painna, 6 Chhedasutra, nandi dan anoyogdavara serta 4 mulasutra.[16]
B.
System kepercayaan agama jain
1.
Konsepsi tentang tuhan
Agama jain atau
jainisme menolak adanya tuhan yang dianggap sebagai pencipta atau penguasa
dunia ini. Walaupun demikian menurut hut chison, paham jainisme tidak termasuk
atheis, melainkan disebut non-teisme. Penyebutan ini didasarkan pada corak paha
agama tersebut tentang apa yang disebut tuhan. Agama jain mengakui keberadaan
apa yang disebut sang “Maha Kuat”, namun mengatakan bahwa sang maha kuat
tersebut termasuk pula manusia, semuanya terbelenggu dalam alam dosa dengan
sedikit atau tanpa ada kesempatan untuk melarikan diri darinya.[17]
Para pakar telah
mencoba meneliti mengapa jainisme menolak tuhan, namun mereka baru
memperkirakan saja mengenai sebab tersebut.Yakni yang pertama.Jainisme merasa
tuhan-tuhan itu tidak ada perlunya karena manusia sendiri mampu mencapai
kelepasan melalui kekuatannya sendiri tanpa harus bergantung secara neurotic
terhadap kekuatan-kekuatan lain diluar dirinya.Kedua, karena tuhan-tuhan itu
malah seolah-olah dianggap sebagai hal yang dijelaskan berdasarkan
prinsip-prinsip irasional.[18]
Sebab lainnya
yang perlu dopertimbangkan adalah latar belakang krisis politik dan kemerosotan
kemasyarakatan pada saat itu.Kemudian Pentingnya upacara korban dan pentingnya
kedudukan para Brahmana sebagai tulang punggung sistem kasta.[19]
2.
Konsepsi tentang alam
Jainisme
menganut filsafat dualisme, yaitu membagi alam saemesta ini menjadi dua
kategori: zat yang hidup (jiva) dan zat yang tidak hidup (ajiva). Ajiva
memiliki lima substansi yaitu benda (pudgala), dharma, adharma, ruang (akasa)
dan waktu (kala). Unsure jiva dan keenam unsure ajiva tersebut disebut denga
enam dravya.
Menurut ajaran
agama jain substansi jiva dan ajiva adalah kekal, tidak diciptakan, tidak ada
permulaan dan tidak berakhir. Atau dengan kata
lain tidak ada sebab pertama yang menyebabkan terjadinya substansi-substansi
tersebut.
Menurut
kosmologi jainisme alam semesta ini adalah abadi, alam semesta ini bergerak
melalui satu lingkaran terus-menerus dari stau tempat yang ideal menuju kearah
titik bawah lalu dilanjutkan menaik lagi melalui titik atas dan begitu
seterusnya. Menurut agama jain alam semesta ini bergerak bukan karena adanya
tuhan melainkan bergerak secara mekanistis belaka.[20]
3.
Konsepsi tentang karma
Jainisme tetap
menerima ajaran tentang karma-samsara dalam pemikiran tradisional india, dan
mengajarkan bahwa karma terjadi karena tercampurnya jiva dan ajiva. Konsep
karma dalam jainisme berpangkal pada
prinsip dualism antara jiwa dan benda, atas dasra prinsip tersebut, menurut
jainisme tubuh manusia itu memenjarakan jiwanya.
Menurut jainisme
karma adalah energy jiwa yang dengan energy itu menyebabkan penggabungan jiwa
dan benda dan kekotoran berikutnya dari jiwa itu. Menurut jain karma bisa
dibersihkan, prose pembersihan karma disebut dengan nirjana, jika proses
nirjana ini berjalan terus tanpa rintagan maka pada akhirnya semua karma akan
tercabut dari jiwa dan akan mencapai tujuan utama hidup.[21]
Tujuan utama dari orang Jain adalah menjadi seorang Paramatman,
satu jiwa yang sempurna. Ini akan dicapai ketika semua lapisan karma, yang
dianggap sebagai substansi, dibuang, yang memungkinkan jiwa muncul ke atas
sampai di langit-langit alam semesta, dari kegelapan kepada cahaya, dimana, di
luar Dewa-dewa dan perpindahan jiwa yang sedang terjadi, jiwa tinggal selamanya
dalam kebahagiaan yang sunyi dari moksha. Moksha didefiniskan dalam agama Jain
sebagai pembebasan, penyatuan diri (self-unity) dan integrasi, kesendirian yang
murni dan ketenangan yang abadi, bebas dari tindakan dan keinginan, bebas dari
karma dan kelahiran kembali. Moksha dapat dicapai dalam hidup ini atau pada
waktu setelah mati. Ketika ia dicapai, manusia telah memenuhi tujuannya sebagai
manusia-Tuhan (man-God). Bagi agama Jain tidak ada Tuhan pencipta dan, karena
itu, tidak ada persatuan dengan Tuhan.Hakikat dari jiwa adalah kesadaran murni,
kekuatan, kebahagiaan dan maha tahu.[22]
4.
Pandangan tentang pencerahan
Tujuan akhir
dari ajaran jain adalah untuk mencapai kehidupan yang sempurna memperoleh
pengetahuan tentang pencerahan dan akhirnya moksa yakni terlepas dari siklus
kelahiran kembali.
Menurut agama
jain jiwa yang telah mencapai kesempurnaan atau pencerahan menyebabkan
pemiliknya mencapai tingkat kesalehan dan kesempurnaan dari luar. Sebagai
contoh para tirthankara yang kesemuanya telah diakui berhasil mencapai
kesempurnaan itu. Kemudian orang yang telah mencapai kesempurnaan jua akan
dapat menikmati empat macam atribut yakni persepis yyang tak terbatas,
pengetahuan yang tak terbatas, kekuatan yang tak terbatas dan kebahagiaan yang
tak terbatas. Kesempurnaan jiwa seperti ini dapat dirasa ketika dia amsih hidup
atau sudah mati.[23]
5.
Tentang Epsitemologi
Dalam aspek
epistemologi, jaina menolak pandangan carvaka bahwa persepsi hanyalah
satu-satunya sumber valid munculnya pengetahuan. Jika kita menolak kemungkinan
memperoleh pengetahuan benar melalui inferensi dan testimoni orang lain, kita
semestinya meragukan validitas persepsi, karena sekalipun persepsi
kadang-kadang bisa bersifat ilusi. Padahal carvaka sendiri memakai inferensi
(anumana) ketika mengatakan bahwa semua inferensi adalah invalid, dan juga
ketika mereka menolak eksistensi objek-objek karena mereka tidak dilihat.
Disamplng persepsi, jaina menerima inferensi dan testimony (sabda) sebagai
sumber pengatahuan valid. Inferensi menberikan pengetahuan valid ketika ia
mengikuti kaidah-kaidah logis yang tepat. Testimoni valid ketika ia merupakan
laporan otoritas terpercaya. Atas otoritas ajaran-ajaran orang-orang suci yang
telah terbebaskan (jaina atau tirthankara) orang-orang pengikut ajaran ini
mendapatkan pengetahuan yang benar yang tidak dapat diperoleh oleh orang yang
masih terbatas. Testimoni Tirthankara ini tidak diragukan lagi ke-validan-nya.[24]
Jaina
mengklasifikasikan pengetahuan menjadi, pengetahuan langsung (aparoksa) dan
pengetahuan antara (paroksa).Pengetahuan langsung lebih lanjut lagi dibagi lagi
menjadi avadhi, manahparyaya dan kepala; dan pengetahuan antara menjadi mati dan
sruta.Mati mencakup pengetahuan perseptual dan inferensial.Sruta berarti
pengetahuan yang diambil dari otoritas. Avadhi-jnana, manahparyaya-jnana, dan
kevala-jnana merupakan tiga jenis pengetahuan langsung yang bisa dikatakan
sebagai persepsi ekstra biasa dan ekstra sensori avadhi adalah kemampuan
melihat hal-hal yang tidak Nampak oleh indra; manahparyaya adalah telepathi;
dan kevala adalah kemahatahuan. Disamping kelima pengetahuan benar tersebut
diatas, ada juga tiga pengetahuan salah, yaitu samshaya atau keragu-raguan,
viparyaya atau kesalahan dan anandhyavasaya atau pengetahuan salah melalui
kesamaan.[25]
Pengetahuan
lagi dibagi menjadi dua jenis, yaitu pramana atau pengetahuan tentang suatu
benda seperti apa adanya, dan naya atau pengetahuan tentang suatu benda didalam
hubungannya dengan yang lainnya. Naya berarti titik pandang atau pendapat dari
mana kita membuat pernyataan tentang sesuatu .Semua kebenaran adalah relativ
terhadap pandangan kita. Pengetahuan parsial merupakan salah satu aspek yang
takterhitung banyaknya tentang suatu benda disebut “naya” . Terdapat
tujuh naya yang empat pertama adalah artha-naya, kemudian tiga terakhir disebut
sabda-naya.[26]
6.
Tentang pluralisme roh
Jaina percaya
dengan pluralisme roh; terdapat roh-roh sebanyak tubuh hidup yang ada.Tidak
hanya roh dalam binatang, tetapi juga tumbuh-tumbuhan dan bahkan dalam debu.Hal
ini juga diterima dalam ilmu pengetahuan moderen. Semua roh tidak secara sama
memilki kesadaran, ada yang lebih tinggi ada yang lebih rendah. Semaju apapun
indria-indrinya, roh terbelenggu dalam pengetahuan y6ang terbatas; juga
terbatas dalam tenaga dan mengalami segala jenis penderitaan.Tetapi setiap roh
mampu mencapai kesadaran tak terbatas, kekuatan dan kebahagian.Mereka dihalangi
oleh karma, seperti matahari dihalangi oleh awan.Karma dapat menyebabkan
belenggu roh.Dengan menyingkirkan karma roh dapat memindahkan belenggu dan
mendapatkan kesempurnaan alamiah.[27]
Tiga cara
menyingkirkan belenggu, yaitu keyakinan yang sempurna dalam ajaran-ajaran
guru-guru jaina, pengetahuan benar dalam ajaran-ajaran tersebut, dan perilaku
yang benar. Perilaku benar terdiri atas praktek tidak menyakiti atau melukai
seluruh makhluk hidup, menghidari kesalahan, mencuri, sensualitas, dan
kemelakatan objek-objek indriya, mengkombinasikan ketiganya di atas, perasaan
akan dikendalikan dan karma yang membelenggu roh akan disingkirkan. Lalu, roh
mencapai kesempurnaan alamiahnya yang tak terbatas, pengetahuan tak terbatas,
dan kebahagian yang tak terbatas. Inilah keadaan miksa menurut ajaran jaina.
Hal ini telah dibukatikan oleh guru-guru dalam tradisi jaina atau Tirthankara.
Mereka memperlihatkan jalan menuju moksa.[28]
7.
Tentang Metafisika
Di dalam aspek
metafisikanya, jainisme mengambil posisi realistik dan pluralism
relativistik.Ia disebut atau doktrin pluralistik realitas. Material dan spirit
dipandang sebagai realitas-realitas yang independen dan terpisah.Terdapat
atom-atom material yang tak terhitung jumlahnya dan roh-roh individu
aspek-aspek dirinya yang juga tak terhitung jumlahnya. Sebuah benda mempunyai
karakteristik yang tak hingga jumlahnya .setiap objek mempunyai karakter
positif dan negative yang tak terhitung jumahnya. Adalah tak mungkin bagi
manusia biasa untuk mengetahui semuanya itu.Kita hanya tahu sebagian kecil
saja. Oleh karena itu, jainisme mengatakan ia yang mengetahui semua sifat
benda di dalam satu benda, mengetahui semua sifat semua benda, dan ia
mengetahui semua sifat semua benda. Mengatahui senua sifat di dalam satu benda.
Pengetahuan manusia, dengan melihat kapasitasnya yang terbatas , ia adalah
relativ dan terbatas dan semuanya merupakan keputusan kita.
Teori logika
dan epistemologi Ajaran jaina ini disebut “syadvada”. Baik anekantavada maupun
syadvada merupakan dua aspek dari ajaranyang sama –realistik dan prulalistik relativistik.
Sisi metafisikanya bahwa realitas mempunyai karakter yang tak terhitung
jumlahnya disebut anekantavada, sementara pandangan logika dan epistemologinya
bahwa kita hanya dapat mengetahui beberapa aspek saja dari suatu realitas di
dunia dan oleh karena itu keputusan-keputusan kita bersifat relativ, maka ia
disebut syadvada dan ada tujuh golongannya:
1.
Syadasti:secara relative, sebuah benda riil.
2.
Syannasti:secara relative, sebuah benda tidak
riil.
3.
Syadasti nasty:secara relative, sebuah benda
keduanya riil dan tidak riil.
4.
Syadavaktavyam:secara relative, sebuah benda
tak bisadijelaskan.
5.
Syadasti cha avaktavyam:secara relative, sebuah
benda riil dan tidak bisadijelaskan.
6.
Syannasti cha avaktavyam:secara relative,
sebuah benda tidak riil dan tidak dapat di jelaskan.
7.
Syadasti cha nasty cha avaktavyam: secara
relative, sebuah bendarill, tidak riil dan tidak bisa dijelaskan.
C.
PRAKTEK KEAGAMAAN DALAM JAINISME
A.
Asketisme
Menurut jainada dua motif melakukan kehidupan asketik, pertama
bahwa kehidupan asketik dianggap sebagai salah satu macam atletikisme spiritual
yaitu latihan spiritual para atlit menjelang pertandingan. Kedua, bahwa
kehidupan asketik itu menempatkan prinsip serba dua antara materi dan spirit
(jiwa). Alu mencari cara untuk membebaskan jiwa yang terkurung dalam daging.
Jainisme sangantmementingkan asketisme.Hal ini diandaikan sebagai
perjuangan mahavira untu memperoleh pengetahuan agung.Karena itu sifat asketik
jainisme menjadi bgitu ekstrim dan ketat.
B.
Etika penganut
agama Jain
Masyarakat
jainisme terdiri atas pendeta, biara dan orang kebanyakan. Hanya ada lima
disiplin spiritual didalam jainisme. Di dalam kasus kependetaan disiplin ini
benar-baner ketat, kaku dan sangat fanatik.Sementara dalam kasus orang umum hal
itu bisa di modifikasi.
Untuk pendeta ada
lima sumpah yang disebut “sumpah besar” (maha-vrta), sementara bagi orang umum
disebut ‘sumpah kecil’ (anu-vrta). Kelima sumpah tersebut adalah (1) ahimsa
(non kekerasan), (2) satya (kebenaran di dalam pikiran), (3) asteya (tidak
mencuri), (4) brahmacharya (berpantang dari pemenuhan nafsu baik pikiran,
perkataan maupun perbuatan), dan (5) aparigraha (ketakmelekatan dengan pikiran,
perkataan dan prbuatan).Dalam hal orang umum, aturan ini bisa di modifikasi dan
disederhanakan.[29]
Untuk orang
awam ada 12 atauran yang semula berasal dari aturan pendeta. Keduabelas aturan
tersebut adalah
1.
Tidak pernah menyengaja melenyapkan kehidupan
dari makhluk ang berorgan indra
2.
Tidak pernah berbohong
3.
Tidak mencuri
4.
Tidak berzina
5.
Tidak tamak
6.
Menghindari godaan-godaan
7.
Membatasi jumlah barang yang dipakai
sehari-hari
8.
Menjaga hal yang berlawanan dengan usaha untuk
menghindari dari kesalahan-kesalahan
9.
Menjaga periode-periode meditasi yang telah
dicapai
10.
Mengamati periode-periode penolakan diri
11.
Memanfaatkan periode-periode kesempatan menjadi
pendeta
12.
Member sedekah
Umat
awam juga memegag prinsip ahimsa, dengan melakukan diet vegetarian dan
selanjutnya melarang diri makan telor.
D.
Praktek Ritual
Agama Jain
A. 6 Ritual penting
1.
Samayik (kedaan keseimbangan)
Samyik
adalah salah
satu praktek ritual yang paling penting dari Jainisme di mana kami mencoba
untuk mendekati jiwa kita. Selama samayik, kita duduk di satu tempat selama
empat puluh delapan menit mengisolasi diri dari rumah tangga sehari-hari,
sosial, bisnis, atau kegiatan sekolah. Saat ini, kita membaca buku-buku agama,
berdoa, menyembah, membaca tasbih, atau melakukan meditasi. Sebelum memulai
samayik, kami menghapus pakaian reguler kami dan memakai sederhana, tapi
pakaian katun putih bersih yang disimpan hanya samayik. Kami tidak memakai
pakaian sutra atau kulit artikel yang melibatkan banyak kekerasan bug atau
hewan. Putih adalah simbol kesucian dan ketenangan dan itu mengingatkan kita
bahwa kita harus tetap murni dan tenang.
Beberapa barang yang kami butuhkan
selama samayik adalah asan, muhapati, rajoharan, Ghadi, anupurvi, rosario, dan
buku-buku agama yang akan membantu kita untuk melaksanakan beberapa kegiatan
keagamaan. Setelah membersihkan tanah dengan rajoharan, asan tersebar untuk
duduk. Sebuah muhapati digunakan untuk menutupi mulut. Beberapa orang
mengikatnya untuk menutup mulut mereka, sementara yang lain terus di tangan
mereka dan menggunakannya untuk menutupi mulut mereka saat berbicara. Muhapati
A mencegah organisme kecil memasuki mulut. Hal ini juga menjadi penyangga
sehingga kekuatan suara dan udara panas dari mulut kita tidak akan membunuh
banyak makhluk udara. Sebuah muhapati juga mencegah meludah jatuh pada buku.
Hal ini juga berfungsi sebagai pengingat kepada kita bahwa kita harus
mengontrol apa yang kita katakan kepada orang lain. Sebuah rajoharan adalah
jenis sapu yang terbuat dari bahan katun halus atau benang wol digunakan untuk
membersihkan lantai, dan juga untuk mengusir bug datang ke arah kami, sehingga
mereka tidak terluka. Jika karena alasan tertentu seseorang harus berjalan
selama Samayik yang kemudian rajoharan digunakan untuk menghapus lantai
sehingga tidak ada bug yang hancur. Ghadi adalah jenis pasir yang membantu kita
untuk mengetahui waktu 48 menit. Selama samayik beberapa orang membaca
buku-buku agama, sementara yang lain mungkin melafalkan mantra Navkar dengan
rosario atau dengan bantuan anupurvi atau mungkin melakukan mediasi.
Selama samayik, kita tidak boleh
berbicara atau memikirkan apa pun yang melibatkan setiap tingkat kekerasan.
Oleh karena itu, sebelum memulai samayik yang kita harus menghentikan kegiatan
bisnis kami, urusan keluarga, dan hal-hal lainnya, sehingga kita tidak
mendapatkan terganggu. Kita harus memberitahu teman-teman dan anggota keluarga
untuk meninggalkan kami sendirian dari hal itu selama ini. Selama samayik kita
tidak harus membicarakan, membaca atau membicarakan hal-hal sensual, atau
hal-hal yang berkaitan dengan hal-hal duniawi. Selama samayik tersebut, gerakan
kita juga harus dibatasi sehingga kita dapat mengamati ahimsa (tanpa kekerasan)
lebih mudah. Kita harus memilih tempat yang tenang, terisolasi sehingga kita
tidak terganggu oleh peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Karena suasana
yang terpisah, dan karena kita tidak terlibat dalam hal-hal duniawi selama 48
menit samayik, kita seperti sadhus yang hidup terpisah selama hidup ini.
Dengan demikian, praktik ini memberikan
kita beberapa sekilas monkshood dan membawa kita ke arah ituSama seperti kita
harus berhati-hati tentang bagaimana kita berkendara untuk menghindari kecelakaan,
atau mendapatkan tilang, dengan cara yang sama kita harus berhati-hati bahwa
kita tidak mengalami kesulitan apapun saat melakukan samayik kami. Jika kita
berhati-hati maka kita dapat melanggar samayik oleh mental, kegiatan verbal dan
fisik kita.
Ada sepuluh pelanggaran jiwa yaitu : 1) tidak
menghormati, 2) menjadi serakah untuk ketenaran, 3) menjadi serakah untuk
keuntungan, 4) yang bisa dibanggakan, 5) berada dalam ketakutan, 6) untuk
mengharapkan imbalan, 7) untuk meragukan manfaat, 8) berada dalam kemarahan, 9)
untuk menjadi kasar, dan 10) untuk menghina. Ada sepuluh pelanggaran lisan: 1)
untuk menggunakan kata-kata kasar, 2) menggunakan kata-kata yang
mengkhawatirkan, 3) untuk mengucapkan kata-kata non-agama, 4) untuk berbicara
tidak memadai, 5) menggunakan kata-kata untuk menghasut perang, 6) gosip, 7)
untuk mengolok-olok, 8) mengucapkan benar, 9) menggunakan kata-kata tidak
rasional, dan 10) untuk jargon. Ada dua belas pelanggaran fisik: 1) untuk duduk
di tempat yang cocok, 2) tidak duduk stabil, 3) berjalan setiap sekarang dan
kemudian, 4) melakukan pekerjaan rumah, 5) untuk meregangkan tubuh, 6) untuk
bersandar terhadap dukungan, 7) karena malas, 8) retak buku-buku jari, 9) untuk
membersihkan kotoran tubuh, 10) untuk menggaruk tubuh, 11) untuk membuat postur
vulgar, dan 12) untuk tidur. Meskipun mungkin terlihat sulit, bukan tidak
mungkin untuk dilakukan samayik dengan cara yang benar.
Dengan cara ini samayik membantu kita dalam mencegah akumulasi karma baru dan penebusan dosa yang kita lakukan selama samayik membantu kita untuk menghapus beberapa karma kami akumulasi.[30]
Dengan cara ini samayik membantu kita dalam mencegah akumulasi karma baru dan penebusan dosa yang kita lakukan selama samayik membantu kita untuk menghapus beberapa karma kami akumulasi.[30]
2.
Chaturvimsati (menyembah 24 tirthankara)
Chaturvimsati
merupakan ritual keagamaan penting Jainisme. Ketika seseorang mencapai Sambhav
di Samayik, orang berpikir tentang mereka kepribadian yang besar yang
menunjukkan jalan `samta`. Yang berikutnya juga berpikir tentang Gunas mereka
(karakteristik). Ini adalah konsep di balik chaturvimsati. Nama-nama Dua puluh
empat Tirthankaras, yang mendirikan teerths, diingat bersama dengan Gunas. Kemudian kita tidak dapat berhenti
memuji ke 24 thirtankara tersebut Dengan demikian, `Loggass` dibacakan
yang memiliki arti yang mendalam seperti Mantra.Bentuk loggassa adalah sebagai berikut:
Dalam ayat
pertama, ada keputusan untuk melakukan stuti dari 24 tirthankaras.Dalam ayat kedua, ketiga
dan sebagainya
menjelaskan nama-nama tirthankaras. Kemudian tiga ayat terakhir seperti
chulika_ berartimenghubungkan niat dengan upaya untuk itu, dan padaakhirnya,
itu menyatakan keuntungan buah yang diinginkanyaitu Siddhi.
3.
Vandan (menawarkan salam ke saddhus (bikhu) atau sadvhis (bikhuni))
Selama
vandana, kita tunduk kepada para biarawan dan biarawati dan mengungkapkan rasa
hormat kita kepada mereka.Mereka adalah pemandu agama kita saat ini, dan
preceptors.Sementara membungkuk, kita menjadi rendah hati, dan dengan demikian,
ini membantu kita untuk mengatasi ego dan amarah.Hal ini juga mengilhami kita
untuk menjadi seperti mereka.(Jika tidak ada bhikkhu atau bhikkhuni maka kita
sujud dalam arah Utara-Timur untuk Arihantas yang saat ini tinggal jauh dari
sini.)
1. Pratikraman(menyadari apa yang telah kita
lakukan salah dan menyesalinya)
Pratikraman
adalah kombinasi dari dua kata, Pra berarti kembali dan atikraman arti
pelanggaran.Secara harfiah, itu berarti kembali dari pelanggaran.Sebagai rumah
tangga Jain, kita seharusnya mengamati belas minor sumpah untuk meminimalkan
kekerasan terhadap makhluk hidup lainnya yang pada gilirannya meminimalkan
kerusakan pada jiwa kita sendiri.Selama Pratikraman kami meninjau kegiatan kami
untuk setiap pelanggaran yang mungkin terjadi selama ini sumpah. Dengan cara
ini, kita meminta pengampunan atas tindakan kita dan memurnikan jiwa kita, dan
meningkatkan kegiatan masa depan kita. Jika kita belum mengambil sumpah ini,
maka kita harus berharap untuk hari seperti ini akan datang ketika kita bisa
mengambil sumpah mereka.
Pratikraman
biasanya dilakukan dua kali sehari: sekali di pagi hari, Raisi (pagi)
Pratikraman, untuk bertobat untuk hal-hal kita mungkin memiliki dilakukan
selama waktu malam dan sekali di malam Devasi (malam) Pratikraman untuk
bertobat untuk hal-hal kita mungkin memiliki dilakukan pada siang hari. Mereka
yang tidak dapat melakukan pratikraman harian harus melakukan Pakshik (dua
minggu) Pratikraman, yang dilakukan sekali setiap lima belas hari. Ada beberapa
yang tidak bisa menemukan bahkan waktu untuk itu, mereka harus melakukan
Choumasi (kuartalan) Pratikraman, setiap empat bulan.Namun, jika seseorang
tidak dapat menemukan waktu untuk itu, maka mereka harus melakukan Samvatsari
(tahunan) Pratikraman, setahun sekali yang dianggap suatu keharusan bagi setiap
Jain. Dengan bertobat selama pratikraman, kita mengurangi belenggu karma bagi
jiwa kita dan menghindari melakukan dosa yang sama di masa depan. Jika kita
tidak bertobat atas semua perbuatan kita setidaknya sekali setahun, maka
belenggu karma bagi jiwa menjadi parah dan bahkan sulit untuk menumpahkan
off.Pada kenyataannya semua, kita harus melakukan pratikraman secepat orang
menyadari dia telah melakukan dosa.
2. Kayotsargga(meditasi jiwa)
Kata
kayotsargga terdiri dari dua kata Kaya berarti tubuh dan utsarga berarti
menyerah.Kayotsargga berarti menyerah kenyamanan seseorang fisik dan gerakan
tubuh, sehingga tinggal stabil, baik dalam berdiri atau postur lainnya, dan
berkonsentrasi pada hakikat jiwa sebagai terpisah dari tubuh atau membacakan
mantra navakar atau Chauvisantho.Ini adalah bentuk meditasi dan dengan berlatih
kayotsargga murni kita perlahan-lahan mendapatkan kontrol pada aktivitas
mental, verbal, dan fisik.
3. Pratyakhyan(penolakan)
Ini adalah
penolakan formal kegiatan tertentu, yang mengurangi atau menghentikan aliran
dari karma.Pratyakhyan membantu kita untuk belajar mengendalikan keinginan kita
dan mempersiapkan kita untuk penolakan yang lebih besar.
4.
Ibadah Harian
Selain enam ritual penting diatas
umat jain juga taat melaksanakan ibadah harian atau pemujaan harian yakni
penyembahan terhadap berhala. dalam penyembahan berhala ada tiga tingkatan atau
tiga taha yakni puja, vandan kirtan dan aarati.
Puja dalam penyembahan ini ada 8
macam yakni:
1.
Jala (Air) Puja:Air melambangkan laut.
Setiap makhluk hidup terus perjalanan melalui lautkelahiran, kehidupan,
kematian, dan penderitaan. Puja ini mengingatkan bahwa orang harus menjalani
hidup dengankejujuran, kebenaran, cinta dan kasihsayang terhadap semua makhluk
hidup. Dengan cara ini orang
akan mampu menyeberangi Samudera Hidup dan mencapai Moksha atau pembebasan. Jalurpembebasan adalah Samyak Darshan, Samyank Jnan dan Samyak Charitra dalam agama Jain.
akan mampu menyeberangi Samudera Hidup dan mencapai Moksha atau pembebasan. Jalurpembebasan adalah Samyak Darshan, Samyank Jnan dan Samyak Charitra dalam agama Jain.
2.
Chandan (Sandal kayu) Puja:Chandan
melambangkan Pengetahuan (Jnan). Selama puja ini, kita harus merenungkanPengetahuan
yang tepat. Pengetahuan yang benarberarti pemahaman yang tepat tentang realitas
yangtermasuk Jiwa, Karma, danhubungan mereka. Jainsim percaya bahwa Pat dariPengetahuan
adalah jalan utama untuk mencapai pembebasan.
3.
Pushpa (Bunga) Puja:Bunga melambangkan
perilaku. Perilaku kita harus seperti bunga, yang menyediakankeharuman dan
keindahan kepada semua makhluk hidup tanpa diskriminasi. Kita harus hidup hidup
seperti bunga dengan penuh cinta dan kasih sayang terhadap semua makhluk hidup.
4.
Dhup (Dupa) Puja:Dhup melambangkan
kehidupan pertapa. Sambil membakar sendiri, Dhup memberikan keharumanlain.
Demikian pula biarawan dan biarawati benar menghabiskan seluruh hidup mereka
tanpa pamrih untuk kepentingan
dari semua makhluk hidup. Puja ini mengingatkan bahwa seseorang harusberkembang untuk hidup asketis yangakhirnya mengarah pada pembebasan.
dari semua makhluk hidup. Puja ini mengingatkan bahwa seseorang harusberkembang untuk hidup asketis yangakhirnya mengarah pada pembebasan.
5.
Deepak (Candle) Puja:Nyala Deepak
merupakan Kesadaran Murni atau Jiwa tanpa perbudakanatau Jiwa Dibebaskan. Dalam
Jainsim, jiwa seperti ini disebut Siddha atau Tuhan. Tujuan utama dari setiap
makhluk hidup adalah menjadi bebas darikarma.
6.
Akshat (Beras) Puja:Beras rumah tangga
adalah jenis biji gandum, yang non-subur.Satu tidak bisatumbuh tanaman padi
dengan penyemaian padi rumah tangga. Secarasimbolis itu berarti bahwa beras
merupakankelahiran terakhir. Dengan melakukan puja satu ini harus berkembang
untuk menempatkan semua upaya dalam kehidupan sedemikiancara bahwa kehidupan
ini menjadi kehidupan lalu seseorang dan setelah akhir kehidupan yang satu ini
akandibebaskan dan tidak akan terlahir kembali.
7.
Naivedya (Manis) Puja:Naivedya
melambangkan makanan lezat. Dengan melakukanpuja ini, kita harus berkembang
untuk mengurangi ataumenghilangkan keterikatan pada makanan lezat. Makanan
sehat sangat penting untuk kelangsungan hidup,
Namun tidak ada yang harus hidup untuk makan makanan lezat. Tujuan utama dalamkehidupan seseorang adalah untukmencapai kehidupan di mana tidak ada makanan sangat penting bagi keberadaan kita dan itu adalah kehidupan dibebaskan
jiwa, yang tinggal di Moksha selamanya dalam kebahagiaan tertinggi.
Namun tidak ada yang harus hidup untuk makan makanan lezat. Tujuan utama dalamkehidupan seseorang adalah untukmencapai kehidupan di mana tidak ada makanan sangat penting bagi keberadaan kita dan itu adalah kehidupan dibebaskan
jiwa, yang tinggal di Moksha selamanya dalam kebahagiaan tertinggi.
8.
Fal (Buah) Puja:Buah melambangkan
Moksha atau Liberation. Jika kita menjalani hidup kita tanpa lampiranuntuk
urusan duniawi, terus melakukan tugas kita tanpa harapan dan penghargaan,disaksikan
semua peristiwa yang terjadi di sekitar dan di dalam kita, benar-benarikuti
kehidupan pertapa, dan memiliki cinta dan kasih sayangkepada semua makhluk
hidup, kita akan mencapaibuah Moksha atau pembebasan.Ini adalah puja terakhir
melambangkan akhirpencapaian hidup kita.
Pada akhirnya kami menghiasi berhala-Call Aangi-biasanya sangat menarik,menciptakan bhav baikselama Darshan.
Pada akhirnya kami menghiasi berhala-Call Aangi-biasanya sangat menarik,menciptakan bhav baikselama Darshan.
tingkatan kedua yaitu Vandan KirtanSetelah penyembahan berhala dilakukan, kita lakukan bahv puja, membaca studi, lakukan chaitya Vandan dll. Semua upacara membantu kami dalam dua cara. Pertama, kita merasa senang, hati kita mengalami suatusukacita internal. Kedua, membantu dalam menghancurkan kashayas, bibit tanamankualitas baik dalamkita dan menghancurkan banyak karma. Memahami arti dari semuasutra pasti membantu kitadalam meningkatkan bhava, sukacita dan bukannya ritual, menjadi kebutuhan sehari-hari.
Tingkatan
terakhir yakni Aaratibiasanya
telah dilakukan di malam. Ini melambangkan kegembiraan setelah melakukan semua kegiatan agama di kuil. Ini
menghancurkan semua karma dan membawa kebahagiaan hidup.
5.
Puja
khusus (poojan)
Ada
beberapa macam puja khusus ini diantaranya yakni:
1.
Snatra puja: Ini
melambangkan tirthankara
yang mandi digunung meru bersama dewa dewi, poojan selalu
dilakukan sebelum setiap puja, pujan, pada perayaan ulang tahun,selama
pembukaan usaha baru, dan pindah
rumah dll.
2.
Panch Kalyanak puja : Puja ini
memperingati lima peristiwa besar kehidupan theTtirthankar itu. Pada dasarnyadi
puja ini, pandit virvijayji memuji Shri Shankheswar Parswanath. Puja inidilakukan
dalam setiap acara yang baik. Lima kalyanks adalah konsepsi, kelahiran, penolakan, kemahatahuan,
dan Moksha.
3.
Antaray Karma puja : Ada delapan
poojas, sangat mirip dengan Ashta Prakari
Pooja. Dalampoojas, menyebutkan tentang, bagaimana orang yang berbeda
menciptakan antraykarmas dan merekamampu menghapus hambatan tersebut setelah
melakukan poojas ini.
Kemudian Ada puja
lainnya yakni, puja Navpad, Barvrata puja, Navvanu (99) Prakari pujatermasuk
yang berikut:
· Digumber
parva puja
· Das Lakshan
Pooja-biasanya setelah parushan
· Solahkaran
pooja
· Nirvankhetra
pooja
6.
Pujan
Pujan
yakni Sebuah ritual panjang yang hampir berlangsung sepanjang hari dan dilakukan
oleh orang-orang yang sangat terpelajardan melibatkan banyak orang dalam
upacara. Mereka dilakukan sesekali seperti saat baruupacara pembukaan candi,
setelah penebusan dosa khusus seseorang seperti varshitapdll.
PERAYAAN-PERAYAAN
PENTING DALAM AGAMA JAIN
Festival keagamaan atau parvas biasanya menurut tanggal pada kalender lunar.
Inibervariasi daridua belas hari dalam satu bulan untuk satu atau dua hari
dalam setahun. Jain mengamati penebusan dosa danmelakukan praktik keagamaan dengan
tingkat intensitas yang berbeda. Mereka penting danhari-hari yang biasa terlihat
adalah sebagai berikut.
·
Dua belas tithies
Dua belas tithis di setiap bulan-2, 5, 8, 11, 14 dan 15
hari masing-masing setengah
siklus bulan. Kebanyakan Jain mengamati lima hari, Shukla 5th, dua 8th dua hari ke14. Jainshastra menunjukkan Aaushyaabandh untuk kehidupan selanjutnya terjadi pada salah satu dari hari-hari ini.
siklus bulan. Kebanyakan Jain mengamati lima hari, Shukla 5th, dua 8th dua hari ke14. Jainshastra menunjukkan Aaushyaabandh untuk kehidupan selanjutnya terjadi pada salah satu dari hari-hari ini.
·
Hari Tahun Baru
Kartak shukla akam gautam berenang yang Keval ghyan hari
·
Ghyan panchmi
Ghyan panchmi - 5 hari Tahun Baru. Upaya terkonsentrasi
terhadapmenghapus ghyanavarniya karma. Kitab Suci disembah dengan
besarpengabdian. Bukudibersihkan dan diperbaiki jika diperlukan.
·
Chaumasi chaudas
Tiga Shukla Chaudas di bulan Kartak, Falgun dan Ashadh.
·
Dev Diwali atau Kartak poonam
Akhir Chaturmas atau musim hujan-sadhus Restart vihar dan
pegunungan shatrunjaymembuka kembali bagi para peziarah
·
Mauna agiyaras
Ini adalah hari yang sangat menguntungkan sebagai
benar-benar 150 Kalyanaks (dalam 10 bhumies karma)telah terjadi. Dalam Bharat
itu adalah hari ulang tahun Diksha kalyanak dari18th Tirthankar Aarnathj,
kevalghyan kalyanak, untuk ke-21 Tirthankar Neminathjidan Kelahiran, Diksha dan
Keval ghyan kalyanak untuk ke-19 Tirthankar Mallinathji.Setiap kegiatan
relegious dilakukan pada hari ini lebihbermanfaat daripada hari lain.Terutama
kita mengamati diam, tetap dalam meditasi sepanjang hari. Cepat dilakukanpada
hari ini memberikan buah dari 150 puasa.
·
Poh dasmi
Tiga hari puasa (sebagian atau lengkap) jatuh pada VAD 9,
10 hari-11margshirsh.Three kalyanaks dari 23 Tirthanker Parshvanathji di
Magshirsh.
·
Navpad
Oli Parva - puasa parsial, satu kali makan sehari tanpa
vigai, sembilan hari
berurutan dan meditasi diarahkan ke Navpad atau siddhachakra Aradhna, biasanya
jatuh pada (April dan Oktober) Lunar bulan Chaitra & Aso dari 7 hingga hari ke-15.
berurutan dan meditasi diarahkan ke Navpad atau siddhachakra Aradhna, biasanya
jatuh pada (April dan Oktober) Lunar bulan Chaitra & Aso dari 7 hingga hari ke-15.
·
Mahavir Janma
Chaiitra shukla teras Anda simbolik snatra pooja
dilakukan. Jain berkumpul untuk mendengarkanPesan Mahavirs, presentasi dramatis
Trishlas mimpi dan kelahiran
Bhagwans.
·
Akshay trutiya
Vaishak shukla trija-Bhagwan Rishabhdev bisa mendapatkan
yang tepat alm (dengan
air tebu) setelah 400 hari puasa. Jain memberi penghormatan kepada Palitana atauHastinapura Tirth hari ini.
air tebu) setelah 400 hari puasa. Jain memberi penghormatan kepada Palitana atauHastinapura Tirth hari ini.
·
Paryushan parva
Parva ini dikenal sebagai raja semua parvas. Delapan atau
10 hari periode selama
Jain yang cepat, melakukan enam hal penting yang jantung dari semua Tanpa Kekerasan
tujuhhari pertama adalah jenis atau pra-persiapan hari untuk final hari-hari
pengakuan dosa. Orang-orang pergi ke kuil setiap hari, mendengarkan wacana di
upashraya. Biasanya, Acharya maharaj membaca kalpa sutra, dan gaandhaarwad
Jain yang cepat, melakukan enam hal penting yang jantung dari semua Tanpa Kekerasan
tujuhhari pertama adalah jenis atau pra-persiapan hari untuk final hari-hari
pengakuan dosa. Orang-orang pergi ke kuil setiap hari, mendengarkan wacana di
upashraya. Biasanya, Acharya maharaj membaca kalpa sutra, dan gaandhaarwad
·
Kehidupan Mahavirs.
Digmbers merayakan selama sepuluh hari - setiap hari selama
10 atribut nyata jiwa jugadisebut Das-Lakshna parva.
·
Perayaan
Diwali
Perayaan Diwali menandai
peringatanMahavira. KetikaMahavirmeninggalkan
tubuh-Nya di bumi selamanya, itu adalah malam gelap Aso Amas. 18 Kings dijemaat
memutuskan untuk menerangi lampu-Divas. Ini menciptakan cahaya yang luar biasa. menandakan bahwa pengetahuan
Mahavir masih hidup
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali, Mukti, Agama-agama di Dunia, (Yogyakarta: IAIN SUNAN
KALI JAGA PRESS, 1988)
2. Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar Di Dunia, (Jakarta: al Husna
Zikra), cet. lll, 1996
3. I.B. Putu Suamba, Dasar-dasar Filsafat India, (Denpasar: Mabhakti,
2003)
5. Muhammad Mardiansyah, Agama Sikh Dan Jain,
dari http://ardiceper.blogspot.com/2012/05/agama-sikh-dan-jain.html
7. http://www.iloveblue.com/agama-jain/
[1]
Ali, Mukti, Agama-agama di Dunia, (Yogyakarta: IAIN SUNAN KALI JAGA
PRESS, 1988)h, 151
[2]
Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar Di Dunia, (Jakarta: al Husna Zikra), cet.
lll, 1996, h 128
[3]
Ali, Mukti, Agama-agama di Dunia, h. 152
[4]http://abid3011.blogspot.com/2011/04/agama-jaina.html
diakses tgl 21 maret 2013
[5]
Ali, Mukti, Agama-agama di Dunia, h. 15153
[6]Muhammad Mardiansyah, Agama Sikh Dan Jain,
diakses pada tanggal 21 maret, dari http://ardiceper.blogspot.com/2012/05/agama-sikh-dan-jain.htm
[7]
Mukti Ali, Agama-Agama Dunia, Yogyakarta:Hanindita
offset, 1988, cet l, h. 151-152
[8]Muhammad Mardiansyah, Agama Sikh Dan Jain, diakses pada tanggal 21 maret, dari http://ardiceper.blogspot.com/2012/05/agama-sikh-dan-jain.html
[9]
Mukti Ali, Agama-Agama Dunia,
Yogyakarta:Hanindita offset, 1988, cet l, h. 151-152
[10]Muhammad Mardiansyah, Agama Sikh Dan Jain, diakses pada tanggal 21 maret, dari http://ardiceper.blogspot.com/2012/05/agama-sikh-dan-jain.html
[11]
Mukti Ali, Agama-Agama Dunia,
Yogyakarta:Hanindita offset, 1988, cet l, h. 151-152
[12]Muhammad Mardiansyah, Agama Sikh Dan Jain, diakses pada tanggal 21 maret, dari http://ardiceper.blogspot.com/2012/05/agama-sikh-dan-jain.html
[13].
http://arifuddinali.blogspot.com/2011/12/jainisme.html.
[14]
Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar Di
Dunia, h 140-141
[15]http://abid3011.blogspot.com/2011/04/agama-jaina.html
[16]Ali, mukti, agama-agama di Dunia,
h. 157
[18]Ibid, h. 159
[19]Ibid, h. 160
[20]Ibid. h. 164
[21]Ibid, h. 164-166
[22]http://www.iloveblue.com/agama-jain/
[23]Ali, mukti, Agama-agama di Dunia,
h. 167-169
[24]
I.B. Putu Suamba, Dasar-dasar Filsafat India, (Denpasar: Mabhakti, 2003), h
315-16
[25]
Ibid, h. 316
[26]
ibid
[27]
Ibid, h. 18
[28]
Ibid, h. 320
[29]
I.B. Putu Suamba, Dasar-dasar Filsafat India, h. 319.
Goldenate - Titsanium White Dominus
BalasHapusGoldenate.com titanium bars - Home | Titsanium White apple watch 6 titanium Dominus. Titsanium White burnt titanium Dominus. Product titanium tools Details. Titsanium White Dominus. Manufacturer, Titsanium titanium 3d printing White Dominus.